Rotasi tanam atau gilir tanam adalah salah satu sistem budidaya
tanaman dengan cara menggilir atau menanam lebih dari satu jenis tanaman
yang berbeda dalam waktu yang tidak bersamaan. Rotasi tanam tersebut
sudah lama dikenal di dunia pertanian, bahkan hingga sekarang pun sering
dijadikan rekomendasi untuk beberapa jenis budidaya tanaman.
Rotasi tanaman memiliki banyak keunggulan. Pada beberapa sistem
budidaya tanaman organik, rotasi tanaman sangat direkomendasikan.
Beberapa keunggulan rotasi tanaman adalah mampu mengurangi intensitas
serangan hama atau penyakit, meningkatkan kesuburan tanah, serta mampu
membentuk ekosistem mikro yang stabil. Selain itu, di dalam dunia
agribisnis pada beberapa jenis komoditas terutama jenis sayuran mampu
memenuhi permintaan pasar yang diinginkan.
Fungsi pertama dari rotasi tanaman adalah mampu mengurangi intensitas
serangan hama dan penyakit. Tentu saja, melalui metode ini beberapa
jenis hama dan penyakit mampu ditangkal apabila melakukan rotasi tanaman
dengan jenis ataupun famili yang berbeda. Setiap famili tanaman umumnya
memiliki jenis hama dan penyakit yang hampir sama, misalkan tanaman
tomat memiliki jenis hama dan penyakit yang hampir sama dengan cabe dan
terung. Melalui rotasi tanaman dengan famili lain, maka siklus hama dan
penyakit yang menyerang pada periode sebelumnya akan terputus, misalkan
penyakit antraknosa pada cabe tidak akan menyerang tanaman jagung.
Fungsi kedua adalah untuk meningkatkan kesuburan tanah. Beberapa
tanaman ada yang memiliki sifat rakus hara dan beberapa tanaman justru
mampu memberikan ketersediaan hara tanah. Salah satu jenis tanaman yang
rakus hara adalah umbi-umbian, sedangkan jenis tanaman yang memberikan
unsur hara adalah polong-polongan. Pada suatu kasus budidaya jenis
tanaman sayur, hal ini sangat dianjurkan karena mampu memberikan
kestabilan hara pada tanah.
Salah satu contoh rotasi tanaman yang dilakukan pada kelompok tanaman
sayuran adalah musim pertama dilakukan tanam umbi, kemudian tanaman
polong-polongan, setelah itu menanam tanaman sayuran buah dan sayuran
daun. Saat menaman umbi, maka kandungan hara pada tanah akan berkurang
banyak, sehingga pada musim tanam selanjutnya harus menanam jenis
sayuran polong-polongan untuk mampu meningkatkan kandungan hara terutama
unsur N pada tanah. Setelah unsur hara terutama kandungan N di dalam
tanah sudah terstabilkan oleh sayuran polong-polongan, maka dilakukan
penanaman sayuran buah dan sayuran daun. Siklus serapan dan input hara
tersebut mewakili juga fungsi ketiga rotasi tanaman yaitu sebagai
penstabil ekosistem mikro. Kestabilan hara pada tanah melalui siklus
rotasi tanaman tersebut terjadi secara alami.
Fungsi keempat, sebagai pemenuh kebutuhan dan permintaan pasar. Sudah
tentu, dengan rotasi tanaman kita dapat memproduksi berbagai varian
komoditas dalam 1 petak kawasan tanam. Dalam teknisnya, kita hanya perlu
mengetahui permintaan pasar dan menyesuaikannya dengan pola tanam di
lahan serta kemudian menjualnya ke pasar secara kontinyu.
Sumber : http://pertaniansehat.com
0 komentar:
Posting Komentar