A.
Sejarah Penemuan Zat Pengatur Tumbuh
Terdapatnya
atau peran zat pengatur tumbuh di tumbuhan pertama kali dikemukakan oleh
Charles Darwin dalam bukunya “The Power of Movement Plants”. Beliau melakukan
percobaan dengan rumput Canari (Phalaris canariensis) dengan memberinya sinar
dari samping dan ternyata terjadi pembengkokan ke arah datangnya sinar. Bagian
yang tidak mendapat sinar terjadi pertumbuhan yang lebih cepat daripada yang
mendapat sinar sehingga terjadi pembengkokan. Tetapi jika ujung kecambah dari
rumput Canari dipotong akan tidak terjadi pembengkokan. Sehingga dianalisa
bahwa jika ujung kecambah mendapat cahaya dari samping akan menyebabkan terjadi
pemindahan “pengaruh atau sesuatu zat” dari atas ke bawah yang menyebabkan
terjadinya pembengkokan Boysen-Jemsen (1913) melakukan penelitian dengan
koleoptil Avena (kecambah dari biji rumput-rumputan) menyatakan “pemindahan
pengaruh adalah pemindahan zat alami yang dihasilkan dalam koleoptil Avena.
Paal (1919) menguatkan dengan menyatakan bahwa “ujung batang adalah merupakan
pusat pertumbuhan”.
B. Pengertian Zat Pengatur Tumbuh
Sinyal kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada tumbuhan.
Konsentrasi yang sangat rendah dari senyawa kimia tertentu yang diproduksi oleh
tanaman dapat memacu atau menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada
berbagai macam sel-sel tumbuhan dan dapat mengendalikan perkembangan
bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan.
Dengan menganalogikan senyawa kimia yang terdapat pada hewan yang disekresi
oleh kelenjar ke aliran darah yang dapat mempengaruhi perkembangan
bagian-bagian yang berbeda pada tubuh, sinyal kimia pada tumbuhan disebut
hormon pertumbuhan. Namun, beberapa ilmuwan memberikan definisi yang lebih
terperinci terhadap istilah hormon yaitu senyawa kimia yang disekresi oleh
suatu organ atau jaringan yang dapat mempengaruhi organ atau jaringan lain
dengan cara khusus. Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia
pada tumbuhan sering mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil senyawa tersebut
disamping mempengaruhi sel lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut
dengan zat pengatur tumbuh untuk membedakannya dengan hormon yang diangkut
secara sistemik atau sinyal jarak jauh.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari sistem pengaturan pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Kehadirannya di dalam sel pada kadar yang sangat rendah
menjadi prekursor ("pemicu") proses transkripsi RNA. Hormon tumbuhan
sendiri dirangsang pembentukannya melalui signal berupa aktivitas
senyawa-senyawa reseptor sebagai tanggapan atas perubahan lingkungan yang terjadi
di luar sel. Kehadiran reseptor akan mendorong reaksi pembentukan hormon
tertentu. Apabila konsentrasi suatu hormon di dalam sel telah mencapai tingkat
tertentu, atau mencapai suatu nisbah tertentu dengan hormon lainnya, sejumlah
gen yang semula tidak aktif akan mulai berekspresi. Ada lima jeni zat
pengatur tumbuh yaitu auksin, sitokinin, giberelin, Inhibitor/asam absisat dan
etilen. ZPT menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat kepada sel target
untuk membelah atau memanjang, beberapa ZPT menghambat pertumbuhan dengan cara
menghambat pembelahan atau pemanjangan sel. Sebagian besar molekul ZPT dapat
mempengaruhi metabolisme dan perkembangan sel-sel tumbuhan. ZPT melakukan ini
dengan cara mempengaruhi lintasan sinyal tranduksi pada sel target. Pada
tumbuhan seperti halnya pada hewan, lintasan ini menyebabkan respon selular
seperti mengekspresikan suatu gen, menghambat atau mengaktivasi enzim, atau
mengubah membran.
Pengaruh dari suatu ZPT bergantung pada spesies tumbuhan, situs aksi ZPT pada
tumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dan konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak
bekerja sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, pada
umumnya keseimbangan konsentrasi dari beberapa ZPT-lah yang akan mengontrol
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Istilah hormon ini berasal dari bahasa
Gerika yang berarti pembawa pesan kimiawi (Chemical messenger) yang mula-mula
dipergunakan pada fisiologi hewan.
Dengan berkembangnya pengetahuan biokimia dan dengan majunya industri kimia
maka ditemukan banyak senyawa-senya-wa yang mempunyai pengaruh fisiologis yang
serupa dengan hormon tanaman. Senyawa-senyawa sintetik ini pada umumnya dikenal
dengan nama zat pengatur tumbuh tanaman (ZPT = Plant Growth Regulator). Tentang
senyawa hormon tanaman dan zat pengatur tumbuh, Moore (2) mencirikannya sebagai
berikut :
1. Fitohormon atau hormon tanaman ada-lah senyawa organik bukan nutrisi yang
aktif dalam jumlah kecil (< 1mM) yang disintesis pada bagian tertentu, pada
umumnya ditranslokasikan kebagian lain tanaman dimana senyawa tersebut,
menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis.
2. Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam
kon-sentrasi rendah (< 1 mM) mendorong, menghambat atau secara kualitatif
mengubah pertumbuhan dan perkem-bangan tanaman.
3. Inhibitor adalah senyawa organik yang menghambat pertumbuhan secara umum dan
tidak ada selang konsentrasi yang dapat mendorong pertumbuhan.
C. Macam – macam Zat Pengatur Tumbuh
Ahli biologi tumbuhan telah mengidentifikasi 5 tipe utama ZPT yaitu auksin,
sitokinin, giberelin, asam absisat dan etilen (Tabel 1). Tiap kelompok ZPT
dapat menghasilkan beberapa pengaruh yaitu kelima kelompok ZPT mempengaruhi
pertumbuhan, namun hanya 4 dari 5 kelompok ZPT tersebut yang mempengaruhi
perkembangan tumbuhan yaitu dalam hal diferensiasi sel.
Seperti halnya hewan, tumbuhan memproduksi ZPT dalam jumlah yang sangat
sedikit, akan tetapi jumlah yang sedikit ini mampu mempengaruhi sel target. ZPT
menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat kepada sel target untuk
membelah atau memanjang, beberapa ZPT menghambat pertumbuhan dengan cara
menghambat pembelahan atau pemanjangan sel. Sebagian besar molekul ZPT dapat
mempengaruhi metabolisme dan perkembangan sel-sel tumbuhan. ZPT melakukan ini
dengan cara mempengaruhi lintasan sinyal tranduksi pada sel target. Pada
tumbuhan seperti halnya pada hewan, lintasan ini menyebabkan respon selular
seperti mengekspresikan suatu gen, menghambat atau mengaktivasi enzim, atau
mengubah membran.
Pengaruh dari suatu ZPT bergantung pada spesies tumbuhan, situs aksi ZPT pada
tumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dan konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak
bekerja sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, pada
umumnya keseimbangan konsentrasi dari beberapa ZPT-lah yang akan mengontrol
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
1. Auksin
a. Sejarah
Kogl, melakukan penelitian dengan cara membuang ujung koleoptil dan ternyata
bagian bawah menunjukkan penurunan pertumbuhan yang nyata hingga berhenti.
Tetapi jika ujung koleoptil dipotong dan diletakkan dalam suatu blok agar
(media pertumbuhan) selama beberapa jam dan ujung koleoptil tadi dibuang
kemudian blok agar tersebut diletakkan pada ujung batang atau koleoptil yang
dipotong tadi akan menyebabkan pertumbuhan berjalan lagi. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat zat yang diproduksi di bagian ujung dan bergerak ke bawah yang
mempengaruhi pertumbuhan. Zat ini oleh Kogl dinamakan auksin dari bahasa latin
yaitu auxein berarti tumbuh.
b. Mekanisme / Cara kerja auksin
Mekanisme kerja auksin dalam mempengaruhi pemanjangan sel-sel tanaman di atas
dapat dijelaskan dengan hipotesis sebagai berikut : auksin menginisiasi
pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi pengendoran /pelenturan dinding sel.
Auksin memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk
memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga
memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun
dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara
osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali
material dinding sel dan sitoplasma.
c. Peran
Auksin dicirikan sebagai substansi yang merangsang pembelokan ke arah cahaya
(fotonasti) pada bioassay terhadap koleoptil haver (Avena sativa) pada suatu
kisaran konsentrasi. Kebanyakan auksin alami memiliki gugus indol. Auksin
sintetik memiliki struktur yang berbeda-beda. Beberapa auksin alami adalah asam
indolasetat (IAA) dan asam indolbutirat (IBA). Auksin sintetik (dibuat oleh
manusia) banyak macamnya, yang umum dikenal adalah asam naftalenasetat (NAA),
asam beta-naftoksiasetat (BNOA), asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-D), dan
asam 4-klorofenoksiasetat (4-CPA). 2,4-D juga dikenal sebagai herbisida pada
konsentrasi yang jauh lebih tinggi.
Beberapa fungsi auksin pada tumbuhan sebagai berikut :
1. Perkecambahan biji
Auksin akan mematahkan dormansi biji (biji tidak mau berkecambah) dan akan
merangsang proses perkecambahan biji. Perendaman biji/benih dengan Auksin juga
akan membantu menaikkan kuantitas hasil panen.
2. Pembentukkan akar.
Auksin akan memacu proses terbentuknya akar serta pertumbuhan akar dengan lebih
baik
3. Pembungaan dan pembuahan.
Auksin akan merangsang dan mempertinggi prosentase timbulnya bunga dan buah.
4. Mendorong Partenokarpi.
Parthenokarpi adalah suatu kondisi dimana tanaman berbuah tanpa fertilisasi
atau penyerbukan .
5. Mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya.
6. Mematahkan dominansi pucuk / apikal, yaitu suatu kondisi dimana pucuk
tanaman atau akar tidak mau berkembang.
2. Giberelin
a. Sejarah
Giberelin pertama kali ditemukan oleh seorang ahli patologi Jepang, Kurosawa,
ketika meneliti penyakit tanaman padi yang disebut Bakane. Penyakit tersebut
disebabkan oleh jamur Gibberella fujikuroi, yang dikenal juga sebagai Fusarium
moniliforme. Dari hasil penelitiannya didapat bahwa jamur tersebut mengeluarkan
suatu substansia atau zat yang sekarang dikenal dengan nama giberelin.
Giberelin, pertama kali zat ini diambil yaitu jamur Gibberella fujikuroi, yang
dikenal juga sebagai Fusarium moniliforme merupakan organisme penyebab penyakit
“foolish seedling” pada padi. Tanaman padi yang diserang terlihat lebih tinggi
daripada yang lain. Gejala ini ternyata diakibatkan karena suatu zat yang
dikeluarkan oleh jamur tersebut. Tahun 1938, Yabuta dan Sumuki berhasil
mendapatkan giberelin dari jamur tersebut.
Gibberellin adalah jenis hormon tumbuh yang mula-mula diketemukan di Jepang
oleh Kurosawa pada tahun 1926. Penelitian lanjutan dilakukan oleh Yabuta dan
Hayashi (1939). Ia dapat mengisolasi crystalline material yang dapat
menstimulasi pertumbuhan pada akar kecambah. Dalam tahun 1951, Stodola dkk
melakukan penelitian terhadap substansi ini dan menghasilkan "Gibberelline
A" dan "Gibberelline X". adapun hasil penelitian lanjutannya
menghasilkan GA1, GA2, dan GA3.
Pada saat yang sama dilakukan pula penelitian di Laboratory of the Imperial
Chemical Industries di Inggris sehingga menghasilkan GA3 (Cross, 1954 dalam
Weaver 1972). Nama Gibberellin acid untuk zat tersebut telah disepakati oleh
kelompok peneliti itu sehingga populer sampai sekarang.
b. Mekanisme / Cara Kerja
1. Kejadian di dalam alam.
Di dalam alam telah ditemukan lebih dari sepuluh buah jenis gibberellin.
Menurut Mac Millan dan Takashashi (1968), Kang (1970) dan Weaver (1972),
gibberellin ada yang diketemukan dalam jamur Gibberella Fujikuroi, ada yang
diketemukan pada tanaman tinggi dan ada juga yang diketemukan pada keduanya.
Jenis gibberellin yang diketemukan pada jamur yaitu ; GA1, GA2, GA3, GA4, GA7,
GA9, s.d GA16, GA24, GA25, GA36. Sedangkan jenis gibberellin yang diketemukan
pada tanaman derajat tinggi yaitu ; GA1, s.d GA9, GA13, GA17, s.d GA23, GA26,
s.d GA35. Dan yang terakhir yaitu gibberellin yang diketemukan pada jamur dan
tanaman derajat tinggi yaitu ; GA1, s.d GA4, GA7, GA9, dan GA13.
Gibberellin ; GA1 s.d GA5, GA7 s.d GA9, GA19, GA20, GA26, GA27, dan GA29
diketemukan pada Pharbitis nil, GA1, GA5, GA8, GA9, GA13, diketemukan pada umbi
tulip, kemudian GA3, GA4, GA7, diketemukan pada anggur, GA18, GA19, GA20,
diketemukan pada pucuk bambu, GA3, GA4, GA7, dijumpai pada biji apel,
selanjutnya GA21, dan GA22, dijumpai pada sword bean. Pada tanaman lain yaitu :
Lipinus lutens (GA18, GA23, GA28), pada pucuk tanaman jeruk dan biji mentimun
diketemukan GA1, tebu (GA5), pisang (GA7), kacang, jagung, barley wheat
diketemukan GA1. Adapun pada tanaman Phaseolus coclirecus diketemukan ; GA1,
GA3 s.d GA6, GA8, GA13, GA17, dan GA20. Kemudian pada Rudbeckia bicolor
diketemukan ; GA1, GA4, GA7, s.d GA9. Dan yang terakhir yaitu pada Calonyction
aculeatum diketemukan : GA30, GA31, GA33, dan GA34. Hasil penelitian Meizger
dan Zeivaart (1980) menunjukan bahwa pada pucuk bayam (spinach) didapatkan
gibberellin ; GA53, GA44, GA19, GA17, GA20, dan GA29,.
2. Metabolisme gibberelline
Gibberellin adalah zat kimia yang dikelompokan kedalam terpinoid. Semua
kelompok terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang terdiri dari 5 atom
karbon. Unit-unit isoprene ini dapat bergabung sehingga menghasilkan
monoterpene (C-10), Sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20) dan triterpene
(C-30).
Biosintesis gibberelline yang terdapat dalam jamur Gibberella Fujikuroi
berproses dari Mevalonic acid sampai menjadi gibberellin. Di dalam proses
biosintesis telah diketemukan zat penghambat (growth retardant) di dalam
aktivitas ini. Beberapa contoh growth retardant yang menghambat biosintesis
gibberelline pada tanaman antara lain Amo-1618 (2-isopropil-4-dimetil-kamine-5
metil phenil-4pipendine karboksilatmetil klorida) menghambat biosintesis
gibberelline pada tanaman mentimun liar (Exhmocytis macrocarpa). Amo-1618
menghambat dalam proses perubahan dari Geranylgeranyl pyrophosphat ke Kaurene.
Begitu pula growth retardant CCC (2-chloroethyl) trimethyl (-amonium chloride)
memperlihatkan aktivitas yang sama dengan Amo-1618.
3. Struktur molekul dan aktivitas gibberelline
Gibberelline merupakan suatu compound (senyawa) yang mengandung "gibban
skeleton".Menurut Weaver (1972), perbedaan utama pada gibberelline adalah:
a. Beberapa gibberelline mempunyai 19 buah atom karbon dan yang
lainnya mempunyai 20 buah atom karbon.
b. Grup hidroksil berada dalam posisi 3 dan 13 (ent gibberellene numbering
system). Semua gibberelline dengan 19 atom karbon adalah monocarboxylic acid
yang mengandung COOH grup pada posisi 7 dan mempunyai sebuah lactonering. Di
dalam alam, dijumpai pula beberapa senyawa yang di ekstrak dari tanaman.
Senyawa tersebut tidak mengandung gibberelline atau gibberellane structure
tetapi termasuk ke dalam gibberelline. Dari hasil penelitian Tamura dkk, ia
menemukan suatu substansi dalam jamur Helminthosporium sativum yang dinamakan
"helminthosporol" yang aktif dalam perpanjangan daun pada kecambah
padi dan barley. Senyawa lain yang ditemukan tanpa gibban skeleton yaitu
"Steviol", namun aktivitasnya seperti gibberelline.
c. Peran
Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut :
1. Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat
tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan sel.
2. Meningkatkan pembungaan.
3. Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorong
terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase
dimana enzim tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan
menghidrolisis pati dan protein yang akan memberikan energi bagi perkembangan
embrio diantaranya adalah radikula yang akan mendobrak endosperm, kulit biji
atau kulit buah yang membatasi pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji
berkecambah
4. Berperan pada pemanjangan sel.
3. Sitokinin
a. Sejarah
Skoog (1955) melakukan penelitian dengan cara memisahkan jaringan empulur
Nikotiana tabaccum dari unsur-unsur pembuluh dan korteks kemudian
menempatkannya dalam suatu medium pertumbuhan dan hasilnya adalah tidak terjadi
pembelahan sel pada jaringan empulur tersebut. Tetapi jika jaringan pembuluh
ditempatkan sedemikian rupa sehingga bersinggungan dengan jaringan empulur,
maka jaringan empulur akan melakukan pembelahan sel lagi. Lewat penelitian
selanjutnya Skoog menamakan zat yang dapat memacu proses pembelahan sel
tersebut diberikan pakan ukuran 01.
b. Mekanisme / Cara Kerja
1. Struktur kimia Cytokinin
Bentuk dasar dari cytokinin adalah adenin (6-amino purine). Adenin merupakan
bentuk dasar yang menentukan terhadap aktifitas cytokinin. Di dalam senyawa cytokinin,
panjang rantai dan hadirnya suatu double bond dalam rantai tersebut akan
meningkatkan aktifitas zat pengatur tumbuh ini.
2. Arti Cytokinin bagi fisiologi tanaman
Penelitian pertumbuhan pith tissue culture dengan menggunakan cytokinin dan
auxin dalam berbagai perbandingan telah dilakukan oleh Weier et al (1974).
Dihasilkan bahwa apabila dalam perbandingan cytokinin lebih besar dari auxin,
maka hal ini akan memperlihatkan stimulasi pertumbuhan tunas dan daun.
Sebaliknya apabila cytokinin lebih rendah dari auxin, maka ini akan
mengakibatkan stimulasi pada pertumbuhan akar. Sedangkan apabila perbandingan
cytokinin dan auxin berimbang, maka pertumbuhan tunas, daun dan akar akan
berimbang pula. Tetapi apabila konsentrasi cytokinin itu sedang dan konsentrasi
auxin rendah, maka keadaan pertumbuhan tobacco pith culture tersebut akan
berbentuk callus.
Sedangkan dalam pembelahan sel, dikemukakan bahwa IAA dan kinetin, apabila
digunakan secara tersendiri akan menstimulasi sintesis DNA dalam tobacco pith
culture. Dan menurut ahli tsb, kehadiran IAA dan kinetin ini diperlukan dalam
proses mitosis walaupun IAA lebih dominan pada fase tersebut.
3. Interaksi Cytokinin, Gibberellin dan Auxin dalam perkembangan tanaman
Di dalam alam tidak satu unsurpun yang berdiri sendiri. Kesemuanya berinteraksi
antara satu sama lainnya, sehingga merupakan suatu sistem. Begitu pula dengan
zat pengatur tumbuh. Pada tanaman, zat pengatur tumbuh auxin, gibberellin dan
cytokinin bekerja tidak sendiri-sendiri, tetapi ketiga hormon tersebut bekerja
secara berinteraksi yang dicirikan dalam perkembangan tanaman.
c. Peran
Beberapa fungsi Sitokinin pada tumbuhan sebagai berikut
1. Pembelahan sel dan pembesaran sel. Sitokinin memegang peranan penting dalam
proses pembelahan dan pembesaran sel, sehingga akan memacu kecepatan
pertumbuhan tanaman.
2. Pematahan Dormansi biji. Sitokinin berfungsi untuk mematahkan dormansi
(tidak mau berkecambah) pada biji-bijian tanaman.
3. Pembentukkan tunas-tunas baru,turut dipacu dengan penggunaan Sitokinin.
4. Penundaan penuaan atau kerusakan pada hasil panenan sehingga lebih awet.
5. Menaikkan tingkat mobilitas unsur-unsur dalam tanaman.
6. Sintesis pembentukkan protein akan meningkat dengan pemberian Sitokinin
4. Etilen
a. Sejarah
Di awal abad 20, buah jeruk dan anggur diperam di dalam gudang yang dilengkapi
dengan kompor minyak tanah. Semula petani buah mengira bahwa hawa panas itu
yang mematangkan buah, tetapi dugaan tersebut tidak terbukti ketika mereka
mencoba metode baru menggunakan kompor yang dilengkapi dengan pembersih (tanpa
polusi) yang menghasilkan buah-buah yang tidak cepat matang. Ahli biologi
tumbuhan menduga bahwa pematangan buah yang disimpan di dalam gudang tersebut
sebenarnya berkaitan dengan produksi etilen yaitu gas hasil pembakaran minyak
tanah. Sekarang diketahui bahwa tumbuhan secara alami menghasilkan etilen yang
merupakan ZPT yang berperan memacu penuaan termasuk pematangan buah.
b. Mekanisme / Cara Kerja
1. Pematangan Buah
Pematangan buah merupakan suatu variasi dari proses penuaan melibatkan konversi
pati atau asam-asam organik menjadi gula, pelunakan dinding-dinding sel, atau
perusakan membran sel yang berakibat pada hilangnya cairan sel sehingga
jaringan mengering. Pada tiap-tiap kasus, pematangan buah distimulasi oleh gas
etilen yang berdifusi ke dalam ruang-ruang antarsel buah. Gas tersebut juga
dapat berdifusi melalui udara dari buah satu ke buah lainnya, sebagai contoh
satu buah apel ranum akan mampu mematangkan keseluruhan buah dalam satu lot.
Buah akan matang lebih cepat jika buah tersebut disimpan di dalam kantung
plastik yang mengakibatkan gas etilen terakumulasi.
Pada skala komersial berbagai macam buah misalnya tomat sering dipetik ketika
masih dalam keadaan hijau dan kemudian sebagian dimatangkan dengan mengalirkan
gas etilen (Gambar 11). Pada kasus lain, petani menghambat proses pematangan
akibat gas etilen alami. Penyimpanan buah apel yang dialiri dengan gas CO2 yang
selain berfungsi menghambat kerja etilen, juga mencegah akumulasi etilen.
Dengan teknik ini buah apel yang di panen pada musim gugur dapat disimpan untuk
dijual pada musim panas berikutnya.
2. Pengguguran Daun
Seperti halnya pematangan buah, pengguguran daun pada setiap musim gugur yang
diawali dengan terjadinya perubahan warna, kemudian daun mengering dan gugur
adalah juga merupakan proses penuaan. Warna pada daun yang akan gugur merupakan
kombinasi pigmen-pigmen baru yang dibentuk pada musim gugur, kemudian
pigmen-pigmen yang telah terbentuk tersebut tertutup oleh klorofil. Daun
kehilangan warna hijaunya pada musim gugur karena daun-daun tersebut berhenti
mensintesis pigmen klorofil.
Peranan etilen dalam memacu gugurnya daun lebih banyak diketahui daripada
peranannya dalam hal perubahan warna daun yang rontok dan pengeringan daun.
Pada saat daun rontok, bagian pangkal tangkai daunnya terlepas dari batang.
Daerah yang terpisah ini disebut lapisan absisi yang merupakan areal sempit
yang tersusun dari sel-sel parenkima berukuran kecil dengan dinding sel yang
tipis dan lemah.
c. Peran
Faktor lingkungan, termasuk panjang hari yang pendek memacu gugurnya daun juga
oleh pada musim gugur dan suhu yang rendah. Rangsangan dari faktor lingkungan
ini menyebabkan perubahan keseimbangan antara etilen dan auksin. Auksin
mencegah absisi dan tetap mempertahankan proses metabolisme daun, tetapi dengan
bertambahnya umur daun jumlah etilen yang dihasilkan juga akan meningkat.
Sementara itu, sel-sel yang mulai menghasilkan etilen akan mendorong
pembentukan lapisan absisi. Selanjutnya etilen merangsang lapiasan absisi
terpisah dengan memacu sintesis enzim yang merusak dinding-dinding sel pada
lapisan absisi. Gugur daun pada musim gugur merupakan adaptasi tumbuhan untuk
mencegah kehilangan air melalui penguapan pada musim salju karena pada saat itu
akar tidak mampu menyerap air pada tanah yang membeku.
5. Asam Absisat (ABA)
a. Sejarah
b. Mekanisme / Cara Kerja
Musim dingin atau masa kering merupakan waktu dimana tanaman beradaptasi
menjadi dorman (penundaan pertumbuhan). Pada saat itu, ABA yang dihasilkan oleh
kuncup menghambat pembelahan sel pada jaringan meristem apikal dan pada kambium
pembuluh sehingga menunda pertumbuhan primer maupun sekunder. ABA juga memberi
sinyal pada kuncup untuk membentuk sisik yang akan melindungi kuncup dari
kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Dinamai dengan asam absisat karena
diketahui bahwa ZPT ini menyebabkan absisi/rontoknya daun tumbuhan pada musim
gugur. Nama tersebut telah popular walaupun para peneliti tidak pernah
membuktikan kalau ABA terlibat dalam gugurnya daun.
Pada kehidupan suatu tumbuhan, merupakan hal yang menguntungkan untuk
menunda/menghentikan pertumbuhan sementara. Dormansi biji sangat penting
terutama bagi tumbuhan setahun di daerah gurun atau daerah semiarid, karena
proses perkecambahan dengan suplai air terbatas akan mengakibatkan kematian.
Sejumlah faktor lingkungan diketahui mempengaruhi dormansi biji, tetapi pada
banyak tanaman ABA tampaknya bertindak sebagai penghambat utama perkecambahan.
Biji-biji tanaman setahun tetap dorman di dalam tanah sampai air hujan mencuci
ABA keluar dari biji. Sebagai contoh, tanaman dune primroses (bunga putih) dan
tanaman matahari (bunga kuning) di gurun Anza – Borrego (California),
biji-bijinya akan berkecambah setelah hujan deras .
c. Peran
Pada banyak tumbuhan, rasio ABA terhadap giberelin menentukan apakah biji akan
tetap dorman atau berkecambah. Hal yang sama juga terdapat pada kasus dormansi
kuncup yang pertumbuhannya dikontrol oleh keseimbangan konsentrasi antar ZPT.
Sebagai contoh pada pertumbuhan kuncup dorman tanaman apel, walaupun konsentrasi
ABA pada kenyataannya lebih tinggi, tetapi gibberellin dengan konsentrasi yang
tinggi pada kuncup yang sedang tumbuh menunjukkan pengaruh yang sangat kuat
pada penghambatan pertumbuhan tunas dorman.
Selain perannya pada dormansi, ABA berperan juga sebagai “ stress plant growth
hormon” yang membantu tanaman tersebut menghadapi kondisi yang tidak
menguntungkan, misalnya pada saat tumbuhan mengalami dehidrasi, ABA
diakumulasikan di daun dan menyebabkan stomata menutup. Hal ini walaupun
mengurangi laju fotosintesis, tumbuhan akan terselamatkan dari kehilangan air
lebih banyak melalui proses transpirasi.
B. Pengertian Zat Pengatur Tumbuh
Sinyal kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada tumbuhan. Konsentrasi yang sangat rendah dari senyawa kimia tertentu yang diproduksi oleh tanaman dapat memacu atau menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada berbagai macam sel-sel tumbuhan dan dapat mengendalikan perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan.
Dengan menganalogikan senyawa kimia yang terdapat pada hewan yang disekresi oleh kelenjar ke aliran darah yang dapat mempengaruhi perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tubuh, sinyal kimia pada tumbuhan disebut hormon pertumbuhan. Namun, beberapa ilmuwan memberikan definisi yang lebih terperinci terhadap istilah hormon yaitu senyawa kimia yang disekresi oleh suatu organ atau jaringan yang dapat mempengaruhi organ atau jaringan lain dengan cara khusus. Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada tumbuhan sering mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil senyawa tersebut disamping mempengaruhi sel lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan zat pengatur tumbuh untuk membedakannya dengan hormon yang diangkut secara sistemik atau sinyal jarak jauh.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari sistem pengaturan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Kehadirannya di dalam sel pada kadar yang sangat rendah menjadi prekursor ("pemicu") proses transkripsi RNA. Hormon tumbuhan sendiri dirangsang pembentukannya melalui signal berupa aktivitas senyawa-senyawa reseptor sebagai tanggapan atas perubahan lingkungan yang terjadi di luar sel. Kehadiran reseptor akan mendorong reaksi pembentukan hormon tertentu. Apabila konsentrasi suatu hormon di dalam sel telah mencapai tingkat tertentu, atau mencapai suatu nisbah tertentu dengan hormon lainnya, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai berekspresi. Ada lima jeni zat pengatur tumbuh yaitu auksin, sitokinin, giberelin, Inhibitor/asam absisat dan etilen. ZPT menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat kepada sel target untuk membelah atau memanjang, beberapa ZPT menghambat pertumbuhan dengan cara menghambat pembelahan atau pemanjangan sel. Sebagian besar molekul ZPT dapat mempengaruhi metabolisme dan perkembangan sel-sel tumbuhan. ZPT melakukan ini dengan cara mempengaruhi lintasan sinyal tranduksi pada sel target. Pada tumbuhan seperti halnya pada hewan, lintasan ini menyebabkan respon selular seperti mengekspresikan suatu gen, menghambat atau mengaktivasi enzim, atau mengubah membran.
Pengaruh dari suatu ZPT bergantung pada spesies tumbuhan, situs aksi ZPT pada tumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dan konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak bekerja sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, pada umumnya keseimbangan konsentrasi dari beberapa ZPT-lah yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Istilah hormon ini berasal dari bahasa Gerika yang berarti pembawa pesan kimiawi (Chemical messenger) yang mula-mula dipergunakan pada fisiologi hewan.
Dengan berkembangnya pengetahuan biokimia dan dengan majunya industri kimia maka ditemukan banyak senyawa-senya-wa yang mempunyai pengaruh fisiologis yang serupa dengan hormon tanaman. Senyawa-senyawa sintetik ini pada umumnya dikenal dengan nama zat pengatur tumbuh tanaman (ZPT = Plant Growth Regulator). Tentang senyawa hormon tanaman dan zat pengatur tumbuh, Moore (2) mencirikannya sebagai berikut :
1. Fitohormon atau hormon tanaman ada-lah senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil (< 1mM) yang disintesis pada bagian tertentu, pada umumnya ditranslokasikan kebagian lain tanaman dimana senyawa tersebut, menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis.
2. Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam kon-sentrasi rendah (< 1 mM) mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkem-bangan tanaman.
3. Inhibitor adalah senyawa organik yang menghambat pertumbuhan secara umum dan tidak ada selang konsentrasi yang dapat mendorong pertumbuhan.
C. Macam – macam Zat Pengatur Tumbuh
Ahli biologi tumbuhan telah mengidentifikasi 5 tipe utama ZPT yaitu auksin, sitokinin, giberelin, asam absisat dan etilen (Tabel 1). Tiap kelompok ZPT dapat menghasilkan beberapa pengaruh yaitu kelima kelompok ZPT mempengaruhi pertumbuhan, namun hanya 4 dari 5 kelompok ZPT tersebut yang mempengaruhi perkembangan tumbuhan yaitu dalam hal diferensiasi sel.
Seperti halnya hewan, tumbuhan memproduksi ZPT dalam jumlah yang sangat sedikit, akan tetapi jumlah yang sedikit ini mampu mempengaruhi sel target. ZPT menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat kepada sel target untuk membelah atau memanjang, beberapa ZPT menghambat pertumbuhan dengan cara menghambat pembelahan atau pemanjangan sel. Sebagian besar molekul ZPT dapat mempengaruhi metabolisme dan perkembangan sel-sel tumbuhan. ZPT melakukan ini dengan cara mempengaruhi lintasan sinyal tranduksi pada sel target. Pada tumbuhan seperti halnya pada hewan, lintasan ini menyebabkan respon selular seperti mengekspresikan suatu gen, menghambat atau mengaktivasi enzim, atau mengubah membran.
Pengaruh dari suatu ZPT bergantung pada spesies tumbuhan, situs aksi ZPT pada tumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dan konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak bekerja sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, pada umumnya keseimbangan konsentrasi dari beberapa ZPT-lah yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
1. Auksin
a. Sejarah
Kogl, melakukan penelitian dengan cara membuang ujung koleoptil dan ternyata bagian bawah menunjukkan penurunan pertumbuhan yang nyata hingga berhenti. Tetapi jika ujung koleoptil dipotong dan diletakkan dalam suatu blok agar (media pertumbuhan) selama beberapa jam dan ujung koleoptil tadi dibuang kemudian blok agar tersebut diletakkan pada ujung batang atau koleoptil yang dipotong tadi akan menyebabkan pertumbuhan berjalan lagi. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat zat yang diproduksi di bagian ujung dan bergerak ke bawah yang mempengaruhi pertumbuhan. Zat ini oleh Kogl dinamakan auksin dari bahasa latin yaitu auxein berarti tumbuh.
b. Mekanisme / Cara kerja auksin
Mekanisme kerja auksin dalam mempengaruhi pemanjangan sel-sel tanaman di atas dapat dijelaskan dengan hipotesis sebagai berikut : auksin menginisiasi pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi pengendoran /pelenturan dinding sel. Auksin memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma.
c. Peran
Auksin dicirikan sebagai substansi yang merangsang pembelokan ke arah cahaya (fotonasti) pada bioassay terhadap koleoptil haver (Avena sativa) pada suatu kisaran konsentrasi. Kebanyakan auksin alami memiliki gugus indol. Auksin sintetik memiliki struktur yang berbeda-beda. Beberapa auksin alami adalah asam indolasetat (IAA) dan asam indolbutirat (IBA). Auksin sintetik (dibuat oleh manusia) banyak macamnya, yang umum dikenal adalah asam naftalenasetat (NAA), asam beta-naftoksiasetat (BNOA), asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-D), dan asam 4-klorofenoksiasetat (4-CPA). 2,4-D juga dikenal sebagai herbisida pada konsentrasi yang jauh lebih tinggi.
Beberapa fungsi auksin pada tumbuhan sebagai berikut :
1. Perkecambahan biji
Auksin akan mematahkan dormansi biji (biji tidak mau berkecambah) dan akan merangsang proses perkecambahan biji. Perendaman biji/benih dengan Auksin juga akan membantu menaikkan kuantitas hasil panen.
2. Pembentukkan akar.
Auksin akan memacu proses terbentuknya akar serta pertumbuhan akar dengan lebih baik
3. Pembungaan dan pembuahan.
Auksin akan merangsang dan mempertinggi prosentase timbulnya bunga dan buah.
4. Mendorong Partenokarpi.
Parthenokarpi adalah suatu kondisi dimana tanaman berbuah tanpa fertilisasi atau penyerbukan .
5. Mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya.
6. Mematahkan dominansi pucuk / apikal, yaitu suatu kondisi dimana pucuk tanaman atau akar tidak mau berkembang.
2. Giberelin
a. Sejarah
Giberelin pertama kali ditemukan oleh seorang ahli patologi Jepang, Kurosawa, ketika meneliti penyakit tanaman padi yang disebut Bakane. Penyakit tersebut disebabkan oleh jamur Gibberella fujikuroi, yang dikenal juga sebagai Fusarium moniliforme. Dari hasil penelitiannya didapat bahwa jamur tersebut mengeluarkan suatu substansia atau zat yang sekarang dikenal dengan nama giberelin. Giberelin, pertama kali zat ini diambil yaitu jamur Gibberella fujikuroi, yang dikenal juga sebagai Fusarium moniliforme merupakan organisme penyebab penyakit “foolish seedling” pada padi. Tanaman padi yang diserang terlihat lebih tinggi daripada yang lain. Gejala ini ternyata diakibatkan karena suatu zat yang dikeluarkan oleh jamur tersebut. Tahun 1938, Yabuta dan Sumuki berhasil mendapatkan giberelin dari jamur tersebut.
Gibberellin adalah jenis hormon tumbuh yang mula-mula diketemukan di Jepang oleh Kurosawa pada tahun 1926. Penelitian lanjutan dilakukan oleh Yabuta dan Hayashi (1939). Ia dapat mengisolasi crystalline material yang dapat menstimulasi pertumbuhan pada akar kecambah. Dalam tahun 1951, Stodola dkk melakukan penelitian terhadap substansi ini dan menghasilkan "Gibberelline A" dan "Gibberelline X". adapun hasil penelitian lanjutannya menghasilkan GA1, GA2, dan GA3.
Pada saat yang sama dilakukan pula penelitian di Laboratory of the Imperial Chemical Industries di Inggris sehingga menghasilkan GA3 (Cross, 1954 dalam Weaver 1972). Nama Gibberellin acid untuk zat tersebut telah disepakati oleh kelompok peneliti itu sehingga populer sampai sekarang.
b. Mekanisme / Cara Kerja
1. Kejadian di dalam alam.
Di dalam alam telah ditemukan lebih dari sepuluh buah jenis gibberellin. Menurut Mac Millan dan Takashashi (1968), Kang (1970) dan Weaver (1972), gibberellin ada yang diketemukan dalam jamur Gibberella Fujikuroi, ada yang diketemukan pada tanaman tinggi dan ada juga yang diketemukan pada keduanya.
Jenis gibberellin yang diketemukan pada jamur yaitu ; GA1, GA2, GA3, GA4, GA7, GA9, s.d GA16, GA24, GA25, GA36. Sedangkan jenis gibberellin yang diketemukan pada tanaman derajat tinggi yaitu ; GA1, s.d GA9, GA13, GA17, s.d GA23, GA26, s.d GA35. Dan yang terakhir yaitu gibberellin yang diketemukan pada jamur dan tanaman derajat tinggi yaitu ; GA1, s.d GA4, GA7, GA9, dan GA13.
Gibberellin ; GA1 s.d GA5, GA7 s.d GA9, GA19, GA20, GA26, GA27, dan GA29 diketemukan pada Pharbitis nil, GA1, GA5, GA8, GA9, GA13, diketemukan pada umbi tulip, kemudian GA3, GA4, GA7, diketemukan pada anggur, GA18, GA19, GA20, diketemukan pada pucuk bambu, GA3, GA4, GA7, dijumpai pada biji apel, selanjutnya GA21, dan GA22, dijumpai pada sword bean. Pada tanaman lain yaitu : Lipinus lutens (GA18, GA23, GA28), pada pucuk tanaman jeruk dan biji mentimun diketemukan GA1, tebu (GA5), pisang (GA7), kacang, jagung, barley wheat diketemukan GA1. Adapun pada tanaman Phaseolus coclirecus diketemukan ; GA1, GA3 s.d GA6, GA8, GA13, GA17, dan GA20. Kemudian pada Rudbeckia bicolor diketemukan ; GA1, GA4, GA7, s.d GA9. Dan yang terakhir yaitu pada Calonyction aculeatum diketemukan : GA30, GA31, GA33, dan GA34. Hasil penelitian Meizger dan Zeivaart (1980) menunjukan bahwa pada pucuk bayam (spinach) didapatkan gibberellin ; GA53, GA44, GA19, GA17, GA20, dan GA29,.
2. Metabolisme gibberelline
Gibberellin adalah zat kimia yang dikelompokan kedalam terpinoid. Semua kelompok terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang terdiri dari 5 atom karbon. Unit-unit isoprene ini dapat bergabung sehingga menghasilkan monoterpene (C-10), Sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20) dan triterpene (C-30).
Biosintesis gibberelline yang terdapat dalam jamur Gibberella Fujikuroi berproses dari Mevalonic acid sampai menjadi gibberellin. Di dalam proses biosintesis telah diketemukan zat penghambat (growth retardant) di dalam aktivitas ini. Beberapa contoh growth retardant yang menghambat biosintesis gibberelline pada tanaman antara lain Amo-1618 (2-isopropil-4-dimetil-kamine-5 metil phenil-4pipendine karboksilatmetil klorida) menghambat biosintesis gibberelline pada tanaman mentimun liar (Exhmocytis macrocarpa). Amo-1618 menghambat dalam proses perubahan dari Geranylgeranyl pyrophosphat ke Kaurene. Begitu pula growth retardant CCC (2-chloroethyl) trimethyl (-amonium chloride) memperlihatkan aktivitas yang sama dengan Amo-1618.
3. Struktur molekul dan aktivitas gibberelline
Gibberelline merupakan suatu compound (senyawa) yang mengandung "gibban skeleton".Menurut Weaver (1972), perbedaan utama pada gibberelline adalah:
a. Beberapa gibberelline mempunyai 19 buah atom karbon dan yang
lainnya mempunyai 20 buah atom karbon.
b. Grup hidroksil berada dalam posisi 3 dan 13 (ent gibberellene numbering system). Semua gibberelline dengan 19 atom karbon adalah monocarboxylic acid yang mengandung COOH grup pada posisi 7 dan mempunyai sebuah lactonering. Di dalam alam, dijumpai pula beberapa senyawa yang di ekstrak dari tanaman. Senyawa tersebut tidak mengandung gibberelline atau gibberellane structure tetapi termasuk ke dalam gibberelline. Dari hasil penelitian Tamura dkk, ia menemukan suatu substansi dalam jamur Helminthosporium sativum yang dinamakan "helminthosporol" yang aktif dalam perpanjangan daun pada kecambah padi dan barley. Senyawa lain yang ditemukan tanpa gibban skeleton yaitu "Steviol", namun aktivitasnya seperti gibberelline.
c. Peran
Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut :
1. Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan sel.
2. Meningkatkan pembungaan.
3. Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorong terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah
4. Berperan pada pemanjangan sel.
3. Sitokinin
a. Sejarah
Skoog (1955) melakukan penelitian dengan cara memisahkan jaringan empulur Nikotiana tabaccum dari unsur-unsur pembuluh dan korteks kemudian menempatkannya dalam suatu medium pertumbuhan dan hasilnya adalah tidak terjadi pembelahan sel pada jaringan empulur tersebut. Tetapi jika jaringan pembuluh ditempatkan sedemikian rupa sehingga bersinggungan dengan jaringan empulur, maka jaringan empulur akan melakukan pembelahan sel lagi. Lewat penelitian selanjutnya Skoog menamakan zat yang dapat memacu proses pembelahan sel tersebut diberikan pakan ukuran 01.
b. Mekanisme / Cara Kerja
1. Struktur kimia Cytokinin
Bentuk dasar dari cytokinin adalah adenin (6-amino purine). Adenin merupakan bentuk dasar yang menentukan terhadap aktifitas cytokinin. Di dalam senyawa cytokinin, panjang rantai dan hadirnya suatu double bond dalam rantai tersebut akan meningkatkan aktifitas zat pengatur tumbuh ini.
2. Arti Cytokinin bagi fisiologi tanaman
Penelitian pertumbuhan pith tissue culture dengan menggunakan cytokinin dan auxin dalam berbagai perbandingan telah dilakukan oleh Weier et al (1974). Dihasilkan bahwa apabila dalam perbandingan cytokinin lebih besar dari auxin, maka hal ini akan memperlihatkan stimulasi pertumbuhan tunas dan daun. Sebaliknya apabila cytokinin lebih rendah dari auxin, maka ini akan mengakibatkan stimulasi pada pertumbuhan akar. Sedangkan apabila perbandingan cytokinin dan auxin berimbang, maka pertumbuhan tunas, daun dan akar akan berimbang pula. Tetapi apabila konsentrasi cytokinin itu sedang dan konsentrasi auxin rendah, maka keadaan pertumbuhan tobacco pith culture tersebut akan berbentuk callus.
Sedangkan dalam pembelahan sel, dikemukakan bahwa IAA dan kinetin, apabila digunakan secara tersendiri akan menstimulasi sintesis DNA dalam tobacco pith culture. Dan menurut ahli tsb, kehadiran IAA dan kinetin ini diperlukan dalam proses mitosis walaupun IAA lebih dominan pada fase tersebut.
3. Interaksi Cytokinin, Gibberellin dan Auxin dalam perkembangan tanaman
Di dalam alam tidak satu unsurpun yang berdiri sendiri. Kesemuanya berinteraksi antara satu sama lainnya, sehingga merupakan suatu sistem. Begitu pula dengan zat pengatur tumbuh. Pada tanaman, zat pengatur tumbuh auxin, gibberellin dan cytokinin bekerja tidak sendiri-sendiri, tetapi ketiga hormon tersebut bekerja secara berinteraksi yang dicirikan dalam perkembangan tanaman.
c. Peran
Beberapa fungsi Sitokinin pada tumbuhan sebagai berikut
1. Pembelahan sel dan pembesaran sel. Sitokinin memegang peranan penting dalam proses pembelahan dan pembesaran sel, sehingga akan memacu kecepatan pertumbuhan tanaman.
2. Pematahan Dormansi biji. Sitokinin berfungsi untuk mematahkan dormansi (tidak mau berkecambah) pada biji-bijian tanaman.
3. Pembentukkan tunas-tunas baru,turut dipacu dengan penggunaan Sitokinin.
4. Penundaan penuaan atau kerusakan pada hasil panenan sehingga lebih awet.
5. Menaikkan tingkat mobilitas unsur-unsur dalam tanaman.
6. Sintesis pembentukkan protein akan meningkat dengan pemberian Sitokinin
4. Etilen
a. Sejarah
Di awal abad 20, buah jeruk dan anggur diperam di dalam gudang yang dilengkapi dengan kompor minyak tanah. Semula petani buah mengira bahwa hawa panas itu yang mematangkan buah, tetapi dugaan tersebut tidak terbukti ketika mereka mencoba metode baru menggunakan kompor yang dilengkapi dengan pembersih (tanpa polusi) yang menghasilkan buah-buah yang tidak cepat matang. Ahli biologi tumbuhan menduga bahwa pematangan buah yang disimpan di dalam gudang tersebut sebenarnya berkaitan dengan produksi etilen yaitu gas hasil pembakaran minyak tanah. Sekarang diketahui bahwa tumbuhan secara alami menghasilkan etilen yang merupakan ZPT yang berperan memacu penuaan termasuk pematangan buah.
b. Mekanisme / Cara Kerja
1. Pematangan Buah
Pematangan buah merupakan suatu variasi dari proses penuaan melibatkan konversi pati atau asam-asam organik menjadi gula, pelunakan dinding-dinding sel, atau perusakan membran sel yang berakibat pada hilangnya cairan sel sehingga jaringan mengering. Pada tiap-tiap kasus, pematangan buah distimulasi oleh gas etilen yang berdifusi ke dalam ruang-ruang antarsel buah. Gas tersebut juga dapat berdifusi melalui udara dari buah satu ke buah lainnya, sebagai contoh satu buah apel ranum akan mampu mematangkan keseluruhan buah dalam satu lot. Buah akan matang lebih cepat jika buah tersebut disimpan di dalam kantung plastik yang mengakibatkan gas etilen terakumulasi.
Pada skala komersial berbagai macam buah misalnya tomat sering dipetik ketika masih dalam keadaan hijau dan kemudian sebagian dimatangkan dengan mengalirkan gas etilen (Gambar 11). Pada kasus lain, petani menghambat proses pematangan akibat gas etilen alami. Penyimpanan buah apel yang dialiri dengan gas CO2 yang selain berfungsi menghambat kerja etilen, juga mencegah akumulasi etilen. Dengan teknik ini buah apel yang di panen pada musim gugur dapat disimpan untuk dijual pada musim panas berikutnya.
2. Pengguguran Daun
Seperti halnya pematangan buah, pengguguran daun pada setiap musim gugur yang diawali dengan terjadinya perubahan warna, kemudian daun mengering dan gugur adalah juga merupakan proses penuaan. Warna pada daun yang akan gugur merupakan kombinasi pigmen-pigmen baru yang dibentuk pada musim gugur, kemudian pigmen-pigmen yang telah terbentuk tersebut tertutup oleh klorofil. Daun kehilangan warna hijaunya pada musim gugur karena daun-daun tersebut berhenti mensintesis pigmen klorofil.
Peranan etilen dalam memacu gugurnya daun lebih banyak diketahui daripada peranannya dalam hal perubahan warna daun yang rontok dan pengeringan daun. Pada saat daun rontok, bagian pangkal tangkai daunnya terlepas dari batang. Daerah yang terpisah ini disebut lapisan absisi yang merupakan areal sempit yang tersusun dari sel-sel parenkima berukuran kecil dengan dinding sel yang tipis dan lemah.
c. Peran
Faktor lingkungan, termasuk panjang hari yang pendek memacu gugurnya daun juga oleh pada musim gugur dan suhu yang rendah. Rangsangan dari faktor lingkungan ini menyebabkan perubahan keseimbangan antara etilen dan auksin. Auksin mencegah absisi dan tetap mempertahankan proses metabolisme daun, tetapi dengan bertambahnya umur daun jumlah etilen yang dihasilkan juga akan meningkat. Sementara itu, sel-sel yang mulai menghasilkan etilen akan mendorong pembentukan lapisan absisi. Selanjutnya etilen merangsang lapiasan absisi terpisah dengan memacu sintesis enzim yang merusak dinding-dinding sel pada lapisan absisi. Gugur daun pada musim gugur merupakan adaptasi tumbuhan untuk mencegah kehilangan air melalui penguapan pada musim salju karena pada saat itu akar tidak mampu menyerap air pada tanah yang membeku.
5. Asam Absisat (ABA)
a. Sejarah
b. Mekanisme / Cara Kerja
Musim dingin atau masa kering merupakan waktu dimana tanaman beradaptasi menjadi dorman (penundaan pertumbuhan). Pada saat itu, ABA yang dihasilkan oleh kuncup menghambat pembelahan sel pada jaringan meristem apikal dan pada kambium pembuluh sehingga menunda pertumbuhan primer maupun sekunder. ABA juga memberi sinyal pada kuncup untuk membentuk sisik yang akan melindungi kuncup dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Dinamai dengan asam absisat karena diketahui bahwa ZPT ini menyebabkan absisi/rontoknya daun tumbuhan pada musim gugur. Nama tersebut telah popular walaupun para peneliti tidak pernah membuktikan kalau ABA terlibat dalam gugurnya daun.
Pada kehidupan suatu tumbuhan, merupakan hal yang menguntungkan untuk menunda/menghentikan pertumbuhan sementara. Dormansi biji sangat penting terutama bagi tumbuhan setahun di daerah gurun atau daerah semiarid, karena proses perkecambahan dengan suplai air terbatas akan mengakibatkan kematian. Sejumlah faktor lingkungan diketahui mempengaruhi dormansi biji, tetapi pada banyak tanaman ABA tampaknya bertindak sebagai penghambat utama perkecambahan. Biji-biji tanaman setahun tetap dorman di dalam tanah sampai air hujan mencuci ABA keluar dari biji. Sebagai contoh, tanaman dune primroses (bunga putih) dan tanaman matahari (bunga kuning) di gurun Anza – Borrego (California), biji-bijinya akan berkecambah setelah hujan deras .
c. Peran
Pada banyak tumbuhan, rasio ABA terhadap giberelin menentukan apakah biji akan tetap dorman atau berkecambah. Hal yang sama juga terdapat pada kasus dormansi kuncup yang pertumbuhannya dikontrol oleh keseimbangan konsentrasi antar ZPT. Sebagai contoh pada pertumbuhan kuncup dorman tanaman apel, walaupun konsentrasi ABA pada kenyataannya lebih tinggi, tetapi gibberellin dengan konsentrasi yang tinggi pada kuncup yang sedang tumbuh menunjukkan pengaruh yang sangat kuat pada penghambatan pertumbuhan tunas dorman.
Selain perannya pada dormansi, ABA berperan juga sebagai “ stress plant growth hormon” yang membantu tanaman tersebut menghadapi kondisi yang tidak menguntungkan, misalnya pada saat tumbuhan mengalami dehidrasi, ABA diakumulasikan di daun dan menyebabkan stomata menutup. Hal ini walaupun mengurangi laju fotosintesis, tumbuhan akan terselamatkan dari kehilangan air lebih banyak melalui proses transpirasi.
0 komentar:
Posting Komentar