Luas lahan pertanian di Indonesia saat ini kurang lebih sekitar 76
juta ha. Sekitar 67,6 juta ha di antaranya digunakan untuk lahan kering,
perkebunan, padang pengembalaan dan padang rumput. Sedangkan sisanya
yang hanya seluas kurang lebih 8,4 juta ha saja yang digunakan sebagai
lahan basah atau sawah yang terdiri dari lahan sawah beririgasi teknis,
setengah teknis, sederhana, lahan pasang surut dan lahan tadah hujan.
Dengan sangat terbatasnya lahan basah yang tersedia untuk digunakan
sebagai lahan sawah tersebut, maka tidak ada pilihan lain selain
menerapkan cara-cara pengolahan yang tepat sehingga dapat memberikan
hasil maksimal.
Agar memberikan hasil maksimal, lahan sawah haruslah diolah secara
baik. Pengolahan lahan yang baik sebelum padi ditanami adalah salah satu
kunci utama dari keberhasilan panen. Pengolahan lahan yang diperuntukan
bagi tanaman padi sangatlah penting untuk diperhatikan. Karena lahan
sawah (tanah sawah) merupakan tempat mengambil cadangan hara yang
dibutuhkan bagi tanaman padi. Oleh karena itu, pertumbuhan tanaman padi
diantaranya akan dipengaruhi oleh sejauh mana proses pengolahan yang
dilaksanakan sebelum ditanami.
Adalah Intani yang merupakan salah satu padi hibrida yang saat ini
sedang dijadikan primadona. Intani akan memberikan hasil optimal apabila
dikelola secara baik, mulai dari saat pengolahan lahan sebelum
ditanami, penyemaian benih, penanaman, pemupukan, penyiangan hingga
pemanenan.
Sistem pengolahan lahan sawah dengan menggunakan bibit Intani dapat
dilaksanakan secara tradisional maupun modern. Cara tradisional
menggunakan bajak, singkal, dan cangkul sedangkan cara modern
menggunakan alat mekanisasi seperti traktor tangan (hand tractor).
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil maksimal tersebut adalah sbb.:
1. Proses pengolahan lahan sawah diawali dengan cara melakukan pemisahan
jerami, sisa – sisa panen yang tidak terangkat, rumput dan tanaman
gulma lainnya. Agar supaya jerami dan sisa – sisa tanaman lainya tidak
dibakar. Maka untuk memudahkan proses pengolahan lahan, sebaiknya jerami
dipisahkan dan dikumpulkan disekitar pematang (pinggiran petakan).
2. Pada musim kemarau, tanah sawah sebaiknya digenangi air terlebih
dulu selama beberapa hari agar pori-pori tanah membuka dan tekstur tanah
menjadi lembek.
3. Setelah tanah menjadi lembek, siap untuk diolah.
4. Pengolahan pertama dilakukan dengan cara membajak. Pembajakan bisa
dengan cara tradisional maupun modern. Cara tradisional menggunakan
bajak/singkal dengan bantuan tenaga sapi atau kerbau sedangkan cara
modern menggunakan bajak traktor tangan. Proses pembajakan ini dilakukan
dengan cara membalikkan lapisan olah tanah agar sisa – sisa tanaman
seperti rumput, dan jerami dapat terbenam. Setelah tanah dibajak, maka
dibiarkan beberapa hari, agar terjadi proses fermentasi untuk
membusukkan sisa tanaman dan jerami di dalam tanah.
5. Selama proses tersebut sebaiknya ditambahkan bahan organik atau
pupuk kandang lainnya. Tujuannya agar kandungan hara dan pertumbuhan
mikroba dalam tanah dapat meningkat. Disamping itu, penggunaan bahan
organik dan pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan
biologi tanah serta faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang biasanya
tidak disediakan oleh pupuk kimia (anorganik). Gunakan bahan organik
atau pupuk kandang sebanyak 2-3 ton/ha. Bahan organik atau pupuk kandang
tersebut antara lain berupa kompos, jerami, kotoran sapi atau ayam,
pupuk hijau dan pupuk organik lainnya. Pupuk kandang dan sumber organik
lainnya digunakan pada saat pengolahan lahan untuk meningkatkan
kesuburan tanah dan kadar bahan organik tanah.
6. Setelah selesai pengolahan pertama dilanjutkan dengan pengolahan
kedua. Dalam pengolahan kedua ini dilakukan proses penggemburan atau
proses pencampuran antara bahan organik dengan tanah. Proses ini
dimaksudkan agar bahan organik dapat menyatu dengan lapisan olah tanah.
Usahakan selama pengolahan ini pasokan air agar mencukupi. Jangan
terlalu kering dan jangan terlalu basah. Proses pencampuran ini
dilakukan sampai bahan organik benar-benar menyatu dan melumpur dengan
lapisan olah tanah.
7. Proses selanjutnya permukaan tanah diratakan dengan bantuan alat
berupa papan kayu yang ditarik sapi atau kerbau (tradisional). Atau,
dengan menggunakan traktor tangan (modern). Proses ini dimaksudkan agar
lapisan olah tanah benar-benar siap untuk ditanami padi pada saat tandur
dilaksanakan.
8. Proses pengolahan lahan ini waktunya disesuaikan dengan persiapan
persemaian, agar tidak terjadi keterlambatan pada saat pindah tanam.
Waktu yang ideal berkisar antara 15 – 21 hari.
Agar memberikan hasil lebih maksimal, dianjurkan agar penggunaan
traktor tangan tidak dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang
lama. Sesekali diselingi dengan cara tradisional menggunakan
bajak/singkal karena pengaruh yang ditimbulkan jika setiap kali mengolah
tanah menggunakan traktor adalah tekstur tanah menjadi lebih padat. Hal
ini akan mempengaruhi proses penyerapan hara dan pertumbuhan perakaran
pada tanaman padi (Inang Sariati).
0 komentar:
Posting Komentar