Jumat, 26 Februari 2016

MENGENDALIKAN SERANGAN ULAT GRAYAK

Prof. Soemartono Sosromarsono, Dr. Aunu Rauf dan Ir. A. Toerngadi, MSc, ketiganya pakar serangga hama pertanian IPB, merekomendasikan tujuh cara terpadu untuk mengendalikan serangan ulat grayak. Berikut cara-cara tersebut.
  • Pengamatan rutin
Ledakan ulat grayak hanya terjadi secara temporer. Biasanya serangan yang ganas terjadi lantaran populasi ulatnya sangat tinggi. Justru karena itulah pengamatan rutin sangat diperlukan. Dengan cara ini kehadiran hama perusak bisa terdeteksi sedini mungkin.
  • Pengendalian mekanis
Kelompok telur atau ulat usia muda dikumpulkan dan dibakar. Sedangkan sawah yang pernah terkena ulat grayak sebelum ditanami perlu digenangi air, sisa panenan dibabat dan tunggul-tunggul dibakar. Ini merupakan upaya mematikan ulat dan kepompong yang tinggal dipangkal rumpun serta bisa menjadi sumber bencana pada musim tanam berikut.
  • Sanitasi lapangan
Waktu melakukan sanitasi lapangan, gulma berdaun lebar dan rerumputan di sekitar pertanaman jangan dibabat habis. Sisakan sedikit untuk tempat hidup ulat grayak pada populasi yang sangat rendah. Kalau ulat grayak pada suatu saat musnah total, dikhawatirkan musuh alaminya jenis-jenis belatung dari keluarga Tachinidae-pun hilang. Kerugiannya, begitu sang ulat mendadak merajalela, maka tidak ada musuh alami yang mengendalikannya.
  • Pengendalian kimiawi
Insektisida itu racun. Wajar jika pengendalian dengan insektisida merupakan pilihan terakhir. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari saat ulat masih usia muda. Daya tahan ulat tua terhadap insektisida besar sekali. Insektisida yang bisa dipakai ialah yang bersifat racun kontak dan racun perut. Dosisnya sesuai aturan pakai.
  • Pengendalian biologis
Pengendalian biologis artinya memanfaatkan serangga penyengat dari famii Tachinidae untuk menahan laju perkembangan hama yang aktif di malam hari. Serangga penyengat seperti Palexorista lucagus atauCuphocera varia meletakkan telur di tubuh ulat grayak. Begitu telur jadi belatung, ia merusak jaringan tubuh ulat. Dalam waktu 3-5 minggu belatung berubah menjadi kepompong dan saat itulah si grayak mati.
Kelemahan cara ini ialah tingkat parasitisasinya rendah dan populasi musuh alami ulat grayak baru meningkat setelah wabah merajalela.
  • Tanam serentak
Untuk mencegah ketersediaan makanan bagi ulat, penanaman sebaiknya dilakukan serentak sehingga panen pun bisa bersamaan. Seandainya tidak serentak, tanaman yang paling akhir ditanam kemungkinan besar terkena wabah ulat grayak lantaran populasi hama ini sudah banyak.
  • Pergiliran tanaman
Pergiliran tanaman merupakan upaya memutuskan kelangsungan hidup ulat dengan menanam tanaman yang bukan inangnya. Biasanya pergiliran yang dilakukan ialah padi-padi-palawija atau padi-palawija-padi. Sampai sekarang tujuh cara terpadu itu yang dianggap cocok untuk menangkal serangan ulat grayak, sampai ditemukan jenis pengendalian lain yang lebih jitu.

0 komentar:

Posting Komentar