Selasa, 23 Februari 2016

TEKNIK BUDIDAYA PADI METODE S.R.I (System of Rice Intensification)

SRI merupakan singkatan dari System of Rice Intensification, suatu sistem pertanian yang berdasarkan pada prinsip Process Intensification (PI) dan Production on Demand (POD). SRI mengandalkan optimasi untuk mencapai delapan tujuan PI, yaitu cheaper process (proses lebih murah), smaller equipment (bahan lebih sedikit), safer process (proses yang lebih aman), less energy consumption (konsumsi energi/tenaga yang lebih sedikit), shorter time to market (waktu antara produksi dan pemasaran yang lebih singkat), less waste or byproduct (sisa produksi yang lebih sedikit), more productivity (produktifitas lebih besar), and better image (memberi kesan lebih baik). SRI ditemukan oleh Pendeta Madagaskar Henri de Laulanie sekitar tahun 1983 di Madagaskar.
a.    Teknik Budidaya dengan Metode SRI
1.    Penyemaian
Pada tahap menyemai benih, kegiatan pertama adalah melakukan seleksi benih untuk memilih dan menanam benih yang benar-benar baik. Pengecekkan kualitas benih dapat dilakukan dengan menguji dalam air, benih yang baik adalah benih yang tenggelam, sementara itu benih yang mengapung adalah benih yang kurang baik, biasanya benih yang mengapung adalah benih yang kopong ataupun benih yang telah tumbuh. Selanjutnya untuk memastikan benih yang tenggelam tersebut benar benar baik, maka uji kembali benih tersebut dengan memasukannya kedalam air yang sudah diberi garam. Larutan air garam yang cukup untuk menguji benih adalah larutan yang apabila dimasukkan telur, maka telur akan terapung. Benih yang baik untuk dijadikan benih adalah benih yang tenggelam dalam larutan tersebut. Benih  yang telah diuji lalu direndam dalam air biasa selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam 2-3 hari ditempat yang lembab hingga keluar calon tunas dan  kemudian disemaikan pada media tanah dan kemudian pupuk kompos sekitar sebanyak 10 kg.  Setelah umur semai 7-12 hari benih padi sudah siap ditanam.
2.    Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan untuk penanaman padi sawah dilakukan dengan cara dibajak dan dicangkul. Biasanya dilakukan minimal 2 kali pembajakan yakni pembajakan kasar dan pembajakan halus yang diikuti dengan pencangkulan. Total pengolahan lahan ini bisa mencapai 2-3 hari. Setelah selasai, aliri dan rendam dengan air lahan sawah  tersebut selama 1 hari. Perlu dipastikan keesokan harinya benih yang telah disemai sudah siap ditanam, yakni sudah mencapai umur 7-12 harian, jika terlalu tua maka tanaman akan sulit beradaptasi dan tumbuh ditempat baru (sawah) karena akarnya sudah terlalu besar.
3.    Penanaman
Sebelum ditanam, lakukan pembuatan jarak tanam untuk tanaman padi. Jarak tanam yang baik sesuai dengan metode SRI yakni tidak terlalu rapat, biasanya 25 x 25 cm atau 30 x 30 cm. Penanaman dilakukan dengan memasukkan satu bibit pada satu lubang tanam. Penanaman tidak boleh terlalau dalam supaya akar bias leluasa bergerak.
4.    Perawatan
Pada budidaya padi dengan metode SRI yang paling penting adalah menjaga aliran air supaya sawah tidak tergenang terus menerus namun lebih pada pengaliran air saja. Setiap hari petani biasanya melakukan control dan menutup serta membuka pintu air secara teratur. Pengairan metode SRI adalah sebagai berikut:
·       Penanaman dangkal, tanpa digenangi air hanya saja lahan harus basah hingga anakan sekitar 10-14 hari
·       Setelah itu, isi air untuk menghambat pertumbuhan rumput dan untuk pemenuhan kebutuhan air dan melumpurkan tanah, digenangi sampai tanah tidak tersinari matahari, stelah itu dilairi air saja.
·       Sekitar seminggu jika tidak ada pertumbuhan yang signifikan dilakukan pemupukan, ketika pemupukan dikeringkan dan galengan ditutup
·       Ketika mulai berbunga, umur 2 bulan, harus digenangi lagi, dan ketika akan panen dikeringkan
Pemupukan biasanya dilakukan pada 20 hari setelah tebar, pupuk yang digunakan adalah kompos sekitar 175-200 kg. Ketika dilakukan pemupukan sawah dikeringkan dan pintu air ditutup. Setelah 27 hari setelah tebar, aliri sawah secara bergilir antara kering dan basah. Beberapa hama yang sering menyerang tanaman padi diantaranya burung, walang sangit, wereng dan penyakit ganjuran atau daun menguning. Cara penanganannya bisanya dengan cara manual, membuat orang-orangan sawah untuk hama burung, penyemprotan dengan pestisida hayati seperti nanas, bawang putih dan kipait atau gadung, serta untuk penyakit biasanya dengan cara mencabut dan membakar tanaamna yang sudah terkena penyakit daun menguning. Untuk pencegahan harus dilakukan penanaman secara serentak supaya hama dan penyakit tidak datang, penggunaan bibit yang sehat, pengaturan air yang baik, dan dengan melakukan sistem budidaya tanaman sehat yang cukup nutrisi dan vitamin sehingga kekebalannya tinggi.
5.    Panen
Padi mulai berbunga pada umur 2-3 bulan bulan dan bisa dipanen rata-rata pada umur sekitar 3,5 sampai 6 bulan bulan, tergantung jenis dan varietasnya. Pada luasan lahan 200 meter persegi, untuk padi yang berumur pendek (3,5 bulan) biasanya diperoleh 2 kwintal gabah basah, setara dengan 1, 5 kuintal gabah kering atau 90 kg beras.  Setelah dipanen, padi bisa dijual langsung, atau juga dijemur dulu sekitar 1-2 hari baru kemudian dijual, atau setelah dijemur digiling baru dijual berupa beras ataupun untuk dikonsumsi sebagiannya.

b.   Perbedaan budidaya padi konvensional dengan padi metode SRI
No
Kegiatan
Sistem Konvensional
SRI
1
Pengolahan tanah
Memakai tenaga traktor/ sapi dengan urutan tanah dibajak, digaru, dan diratakan.
Memakai tenaga traktor/ sapi dengan urutan tanah dibajak, digaru + disebari pupuk organik, dan
diratakan.
2
Seleksi benih
- Tidak ada teknik khusus
untuk menyeleksi benih.
- Proses persiapan benih
sebelum disemaikan:
1. benih direndam satu
hari satu malam,
2. benih diperam dua
hari dua malam, dan
3. benih siap disemaikan.
- Teknik khusus untuk menyeleksi benih dengan larutan garam.
- Proses persiapan benih sebelum disemaikan:
1. benih berkualitas bagus dicuci untuk menghilangkan garam yang menempel,
2. benih diperam selama dua hari, dan
3. benih siap disemaikan
3
Persemaian
Persemaian langsung dibuat di lahan sawah dengan kebutuhan benih ± 34 - 45 kg per hektar
Persemaian langsung di sawah atau dilakukan dengan menggunakan wadah, kebutuhan benih ± 5 - 7
kg per hektar
4
Perlakuan bibit
sebelum tanam
Bibit siap tanam dicabut, akar dibersihkan dari tanah yang melekat, sebagian daun bibit dipotong dan dibagi per ikatan untuk ditanam, bibit diistirahatkan selama 1 jam sampai 1 hari sebelum ditanam.
Bibit diangkat bersama dengan tanah yang melekat pada akar dan langsung ditanam di sawah
5
Penanaman
- Umur bibit yang siap ditanam adalah 18—25 hari setelah semai.
- Satu lubang tanam berisi 5 -8 bibit tanaman.
- Bibit ditanam dengan kedalaman ± 5 cm atau lebih.
- Umur bibit siap ditanam 7-12 hari setelah semai.
- Satu lubang tanam berisi 1 bibit tanaman.
- Bibit ditanam dangkal ±
2-3 cm.
6
Pengairan
Lahan digenangi air sampai
setinggi 5—7 cm di atas
permukaan tanah secara
terus menerus
Menggunakan pola pengairan intermitten/ sawah tidak terus menerus digenangi air
7
Pemupukan
Menggunakan pupuk Urea, TSP, dan KCl
Menggunakan pupuk kandang/ bokashi yang diberi tambahan pupuk organik cair
8
Penyiangan
Menggunakan herbisida untuk membuang gulma

Menggunakan tenaga
manusia dan alat bantu dengan mencabut gulma dan untuk memperbaiki struktur tanah.
9
Pengendalian
Hama
Menggunakan racun kimia
Menggunakan pestisida
organik




c.    Kelebihan dan Kekurangan Metode SRI
1.    Kelebihan
·      Tanaman hemat air, selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen memberikan air maksimal 2 cm, paling baik sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah retak (irigasi terputus).
·      Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kg per hektar. Tidak memerlukan biaya pencabutan bibit, tidak memerlukan biaya pindah bibit, tenaga tanam sedikit.
·      Hemat waktu, ditanam bibit muda 5 – 12 hari setelah semai, dan waktu panen akan lebih awal.
·      Produksi meningkat, di beberapa tempat mencapai 11 ton per hektar.
·      Ramah lingkungan, tidak menggunaan bahan kimia dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang dan mikro-oragisme lokal), begitu juga penggunaan pestisida.
2.    Kelemahan
·     Kurang cocoknya dengan kondisi lingkungan, lingkungan organik, anorganik, ataupun sosial budaya.
·     Kurangnya kecocokan terhadap budaya masyarakat petani, terutama di lingkungan daerah irigasi karena sistem pembagian air yang kurang baik.
·     Perlu perlakuan yang lebih hati-hati, baik pada saat mengambil 1 bibit dari rumpun pembibitan maupun saat pembenaman.

0 komentar:

Posting Komentar