Selasa, 23 Februari 2016

TEKNIK BUDIDAYA PADI TANPA OLAH TANAH (TOT)

Bertanam padi sawah tanpa olah tanah (TOT) merupakan alternatif teknologi terobosan baru . Dari beberapa percobaan dan penelitian yang dilakukan di tingkat petani tanah sawah tidak perlu diolah berat dan dilumpurkan, tetapi cukup dilakukan pengolahan yang minimal atau bahkan tanpa olah tanah sama sekali. Perbedaan mendasar penanaman padi TOT dengan pananaman padi biasa adalah pada persiapan lahan. Dalam sistem TOT ini tidak dilakukan pembajakan atau pencangkulan tanah. Sebagai gantinya dilakukan penyemprotan herbisida terhadap sisa tanaman padi (singgang) dan gulma yang tumbuh. Adapun cara bertanam lainnya tetap mengikuti pola tanam biasa.
Secara umum kegiatan bertanam padi sawah tanpa olah tanah ini dapat diartikan sebagai penanaman padi di lahan sawah yang persiapan lahannya tanpa pengolahan tanah dan pelumpuran, tetapi cukup dengan bantuan herbisida dalam mengendalikan gulma dan singgangnya. Tanaman padi ini dapat tumbuh seperti pada lahan yang diolah biasa. Hal ini disebabkan karena singgang dan gulma yang membusuk akan melonggarkan tanah sehingga akar padi dapat berkembang dengan mudah dan tanaman padi dapat tumbuh seperti biasa. Bibit padi dari persemaian dapat langsung ditanam pada tanah tanpa olah yang sudah lunak karena digenang terlebih dahulu. Dapat juga benih ditebarkan langsung (tabela) atau ditabur dalam air yang sudah disediakan.

a.    Budidaya Padi Tanpa Olah Tanah
1.    Persemaian.
Persemaian dilakukan di lahan yang sama atau berdekatan dengan lahan yang akan ditanami. Untuk 1 ha lahan sawah diperlukan benih 25-30 kg, dan 100 m2 bedengan persemaian. Pada lahan untuk persemaian ini dilakukan pembajakan atau pencangkulan 3 kali agar tanah berlumpur dan tidak terdapat bongkahan. Untuk penanaman dengan cara TABELA (tabur benih langsung) tidak diperlukan persemaian.

2.    Persiapan Lahan.
Persiapan lahan dimulai dengan membuang air sawah dari petakan sawah, dan membiarkannya selama 2-3 minggu. Persiapan lahan ini dimulai bersamaan dengan pembuatan persemaian. Setelah itu dilakukan penyemprotan herbisida pasca tumbuh seperti merk Polaris dengan dosis 5 l/ha, merk Spark dosis 8-10 l/ha, Bimastar dosis 5-7 l/ha atau merk lainnya. Selesai penyemprotan, biarkan 5-7 hari agar herbisida bereaksi mematikan dan menghancurkan sisa tanaman dan membunuh gulma. Kemudian memasukkan air ke petakan sawah dengan kedalaman air  ≤ 5 cm, lakukan perendaman selama 5 - 7 hari atau lebih sehingga tanah lunak dan bisa ditanami. Tiga hari sebelum perendaman berakhir, dilakukan penyemprotan dengan herbisida pra tumbuh misalnya Ronstar dengan dosis 5 l/ha. Selesai perendaman, maka kondisi tanah sudah basahdan siap ditanami dengan bibit hasil semaian. Singgang atau gulma yang telah mati dapat direbahkan, dibabat atau dibenamkan dalam tanah.
3.    Penanaman
Penanaman dapat dilakukan dengan tabur benih langsung (TABELA) atau dengan sistem tanam pindah (transplanting). Penanaman dengan sistem pindah/ transplanting. Bibit biasanya dipindah saat berumur 18-25 hari, umumnya 21 hari.
Ciri-ciri bibit yang siap dipindah adalah: berdaun 5-6 helai, tinggi sekitar 22-25 cm, batang bawah besar dan keras, bebas hama dan penyakit dan pertumbuhannya seragam. Cara penanaman bila tanah masih keras, yaitu menggunakan tugal untuk membuat lubang tanam. Bibit ditanam dalam posisi tegak, 2-3 bibit per lubang, dengan kedalaman 2 cm dengan jarak tanam 20 cm x20 cm hingga 25 cm x 25 cm. Sedangkan penanaman dengan tabur benih langsung dapat dilakukan dengan tugal (sistem gogo rancah) atau langsung ditebar dalam alur. Untuk penanaman dengan tugal, mulsa tidak perlu dibenamkan sedangkan untuk tebar langsung mulsa singgang dan gulma diratakan terlebih dahulu.
4.    Pemeliharaan.
Pemeliharaan tanaman padi meliputi penyulaman (1-2 minggu setelah tanam), penyiangan (pada umur 15,35 dan 55 hari setelah tanam), pemupukan sesuai anjuran setempat (2-3 kali selama musim tanam), pemasukan air (saat awal tanam, saat pembentukan anakan, saat tanaman bunting, saat pembungaan), pengeluaran air (saat sebelum tanaman bunting, awal pembungaan, dan awal pemasakan biji, serta pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (seperti hama antara lain walang sangit, ganjur, penggerek padi, wereng, tikus dan burung serta penyakit antara lain bawar daun, bercak cokelat, blast, tungro, kerdil hampa, dan kerdil rumput).

b.   Keuntungan Sistem Tanpa Olah Tanam (TOT)
Budidaya padi dengan menggunakan sistem tanpa olah tanah (TOT) memiliki beberapa keuntungan antara lain:
·      Kualitas pertumbuhan tanaman dan hasil panen tidak berbeda dengan penanaman padi biasa.
·      Menghemat biaya persiapan lahan 40% yang juga mengurangi biaya produksi.
·      Menghemat waktu musim tanam sampai 1 bulan, artinya jumlah penanaman dalam satu tahun air ditingkatkan.
·      Mengurangi pemakaian air lebih dari 20%
·      Mempermudah kemungkinan penanaman secara serempak sehingga konsep pengendalian hama terpadu (PHT) padi sawah dapat diterapkan dan baik.
·      Melestarikan kesuburan tanah, mengurani pencucian unsur hara dan jumlah sendimen terangkut.
·      Mengurangi pencemaran perairan dan pendangkalan saluran air atau sungai.
·      Mengurangi emisi metan sampai 40%.
·      Memungkinkan peningkatan luas sawah garapan.
·      Memberikan keuntungan bagi petani yang berarti membantu meningkatkan kualitas

c.    Kelemahan Sistem Tanpa Olah Tanam (TOT)
·     Resiko berkembangnya gulma yang tinggi apabila penyiangan atau penggunaan herbisida sebelum tanam tidak sempurna.

0 komentar:

Posting Komentar