Proses pembajakan Sawah

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Proses Semai

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Padi Mulai Berbuah

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Panen Oleh Penyuluh Kecamatan

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Proses Penimbangan

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 30 Mei 2016

Bentuk-bentuk Formulasi pada Pestisida

Ketika kita membeli pestisida di kios-kios pertanian sering kita menjumpai akhiran nama angka dan huruf kapital. Sebagai contoh Decis 25EC, Spontan 400 SL, Dithane 80 WP dll. Angka yang dimaksud diatas mengandung arti persentase bahan aktif sedangkan huruf kapital diatas mengandug arti jenis formulasi pestisida tersebut. Dithane 80 WP artinya dalam 1 Kg dithane terkandung 8 00 gr (80 %) mankozeb dan bentuk pestisida tersebut adalah WP (Wettable Powder), atau tepung yang akan tersuspensi jika dicampur air.
Bentuk-bentuk formulasi pada pestisida antara lain:
Bentuk Cair


  1. EC (Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate). Sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengankonsentrasi bahan aktifd yang cukup tinggi. Kosentrasi ini jika dicampur dengan air akan membentuk emilsi (butiran denda cair yang melayang dalam media cair lain). EC umumnya digunakan dengan cara disemprot, meskipun dapat pula digunakan dengan cara lain.
  2. Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC). Formulasi ini mirip EC, tetapi bila decamp[ur air tidsak membentuk emulsi, melainkan membentuk larutan homogen. Umumnya, sediaan ini digunakan dengan cara disemprotkan.
  3. Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC). pekatan ini diarutkan dalam air. Persisida yang diformulasi dalam bentuk AS dan AC umumnya pestisida berbentuk garam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air. Pestisida ini juga dighunakan dengan cara disemprot.
  4. Soluble (SL). Pekatan cair ini jika dicampurkan air akan membentuk larutan. Pestisida ini digunakan dengan cara disemprotkan. SL juga dapat mengacu pada formulasi slurry.
  5. Flowable (F) atau Flowabel ini Water (FW). Formulasi ini berupa konsentrasi cair yangs angat pekat. Bila dicampur air, F atau FW akan membentuk emilsi seperti halnya WP. Pada dasarnya FW adalah WP yang dibasahkan.
  6. Ultra Low Volume (ULV). Sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yakni volume semprot antara 1 hingga 5 liter/hektar. ULV umumnya merupakan sdiaan siap pakai, tanpa harus dicampur dengan air.
Bentuk padat
  1. Wettable Powder (WP). Formulasi WP bersama EC merupakan formulasi klasik yang masih banyak digunakan dingga saat ini. WP adalah formulasi bentuk tepung yang bila dicampur air akan membentuk suspensi yang penggunaannya dengan cara disemprot.
  2. Soluble powder (S atau SP). Formulasi bentuk tepung yang bia dicampur air akan menghasilkan larutan homogen. Pestisida ini juga digunakand enga cara disemprotkan.
  3. Butiran (G). Butiran yang umumnya merupakan sedian siap pakai dengan konsetrasi rendah. Pestisida butiran digunakan dengan cara ditaburkan di lapagan (baik secara manual dengan tangan atau dengan mesin penabur) setelah penaburan dapat diikuti denga pegolahan tanah atai tidak. Disamping formulasi G dikenal juga fomulasi SG, yakni sand granular.
  4. Water Dipersible Granule (WG atau WDG) . WDG atau WG berbentuk butiran, mirip G, tetapi penggunaanya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan denga air dan digunakan dengan cara disemprotkan.
  5. Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST). Sediaan berbentuk tepung yang khusus digunakan untuk perawatan benih
  6. Tepug Hembus atau Dust (D). Sediaan siap pakai dengan konsentrasi rendah yang digunakan dengan cara dihembuskan.
  7. Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB). umpan merupakan formulasi siap pakai yang umumya digunakan untuk formulasi rodentisida.
Setelah kita memahami formulasi pestisida tentunya kita akan mudah dalam memilih bentuk formulasi pestisida yang akan kita gunakan. Jika kita akan mengaplikasikan langsung ketanah tentu kita akan memilih formulasi (G), dan jika kita akan menyemprot kita akan memilih formulasi EC, WP, SL dll. Sehingga tidak akan terjadi mengaplikasikan Furadan dengan cara direndam kemudian hasil larutannya disemprotkan ke tanaman.

ARTI LABEL PADA KEMASAN PESTISIDA

Pestisida berasal dari kata pest (jasad pengganggu) dan cidal (mematikan), jadi secara umum dapat didenfinisikan sebagai bahan yang dipergunakan untuk  mengendalikan/ mematikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest  yang langsung   maupun tidak langsung dapat merugikan kepentingan manusia.
Berdasarkan sifat fisiko-kimianya, Pestisida diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Pestisida yang boleh didaftarkan : adalah Pestisida yang tidak termasuk kategori Pestisida dilarang yang bidang penggunaannya meliputi untuk :pengelolaan tanaman, peternakan, kesehatan hewan, perikanan, kehutanan, penyimpanan hasil, rumah tangga, pengendali vektor penyakit pada manusia, karantina dan pra pengapalan.
2. Pestisida dilarang : adalah Pestisida yang berdasarkan klasifikasi WHO mempunyai klasifikasi Ia (sangat berbahaya sekali) atau Ib (berbahaya sekali), mempunyai LC50 < 0,05 mg/lt dalam 4 jam paparan, mempunyai indikasi : Karsinogenik, Onkogenik, Teratogenik dan Mutagenik.




Wadah dan label 
Wadah adalah tempat yang terkena langsung pestisida untuk menyimpan selama dalam penanganan. Label adalah tulisan dan dapat disertai dengan gambar atau simbol, yang memberikan keterangan tentang pestisida, dan melekat pada wadah atau pembungkus pestisida. Setiap pestisida harus diberi pembungkus/wadah dan label, sesuai dengan SK Mentan No. 429/Kpts/Um/9/1973 yang secara umum berarti sbb:  Setiap pestisida harus terdapat didalam wadah dengan ukuran dan dibuat dari bahan sebagaimana yang ditetapkan dalam pembarian izin.  Dengan demikian setiap jenis pestisida yang resmi tempat/wadahnya sudah ditentukan sejak pestisida tersebut didaftarkan.  Artinya membuat kemasan baru tidaklah dapat dilakukan oleh sembarang  pihak karena alasan peraturan yang berkaitan dengan keamanan dari pestisida tersebut.
Keterangan-keterangan mengenai pestisida dalam bentuk label ditempelkan pada wadah  dengan kuat.  Seluruh keterangan pada label harus dicantumkan dalam bahasa Indonesia,  tanda peringatan harus dicetak dengan jelas, mudah dilihat serta tidak dapat dihapus.
Pada label keterangan yang wajib dicantumkan adalah sebagai berikut (Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2011) :
a)      Nama dagang formula;
b)      Jenis pestisida;
c)      Nama dan kadar bahan aktif;
d)     Isi atau berat bersih dalam kemasan;
e)      Peringatan keamanan;
f)       Klasifikasi dan simbol bahaya;
g)      Petunjuk keamanan;
h)      Gejala keracunan;
i)        Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K);
j)        Perawatan medis;
k)      Petunjuk penyimpanan;
l)        Petunjuk penggunaan;
m)    Piktogram;
n)      Nomor pendaftaran;
o)      Nama dan alamat serta nomor telepon pemegang, nomor pendaftaran;
p)      Nomor produksi, bulan dan tahun produksi (batch number) serta bulan dan tahun kadaluwarsa;
q)      Petunjuk pemusnahan.
Selain keterangan-keterangan tersebut pada tiap Label wajib dicantumkan kalimat “Bacalah Label Sebelum Menggunakan Pestisida Ini“.
Untuk ukuran wadah kecil yang tidak memungkinkan semua keterangan dan kalimat peringatan dapat dicantumkan pada wadah pestisida, keterangan label secara lengkap dicantumkan pada lembaran terpisah yang menyertai wadah tersebut. Pada wadah tersebut tertulis dengan jelas kalimat
“Bacalah petunjuk yang lengkap pada lembaran terpisah yang menyertai wadah ini“.
Selain hal tersebut di atas dan sesuai dengan sifat bahayanya maka kalimat dan atau simbol peringatan bahaya yang lain perlu dicantumkan yaitu antara lain : bahan peledak,
bahan oksidasi, bahan korosif, bahan iritasi dan bahan mudah terbakar.

Tingkat bahaya pestisida dapat diketahui dari warna dasar label yaitu :
Coklat tua berarti sangat berbahaya sekali (sangat beracun);
Merah tua berarti berbahaya sekali (beracun);
Kuning tua berarti berbahaya;
Biru muda berarti cukup berbahaya; dan
Hijau berarti tidak berbahaya pada penggunaan normal.
Pembungkus luar yang membungkus wadah-wadah pestisida tercantumkan kalimat-kalimat :
Pembungkus ini hanya untuk membungkus pestisida;
Jangan digunakan untuk menyimpan atau membungkus makanan, bahan makanan atau bahan lainnya atau untuk keperluan apapun;
Setelah digunakan untuk pestisida, musnahkan pembungkus ini dengan aman.
Untuk pestisida terbatas di samping mengikuti ketentuan tersebut di atas, maka wajib mengikuti ketentuan khusus label pestisida terbatas, yaitu :
Warna dasar label harus jingga;
Pada label harus dicantumkan kalimat “Hanya digunakan oleh pengguna yang bersertifikat”, ditulis dengan huruf yang mudah terbaca.
1.      Formulasi

Formulasi terdiri dari 3macam yang mana dalam label kemasan dapat diketahui dari kode yang tertera pada label.
a)      Formulasi pestisida bentuk cair biasanya terdiri dari pekatan yang dapat diemulsikan (EC), pekatan yang larut dalam air (SL), pekatan dalam air (AC), pekatan dalam minyak (OC), Aerosol (A), gas yang dicairkan (LG).
b)      Formulasi Padat terdiri dari : Formulasi tepung yang dapat disuspensikan atau Wettable Powder (WP) atau disebut juga Dispersible Powder (DP), Formulasi yang dapat dilarutkan atau Soluble Powder (SP) formulasi butiran atau Granula (G), Pekatan debu atau Dust Concentrate (DC), Formulasi pestisida dalam bentuk debu atau Dust (D), Formulasi umpan atau Block Bait (BB), formulasi tablet mempunyai kode TB (Tablet).
c)      Formulasi padatan lingkar mempunyai kode MC di belakang nama dagangnya
2.      Dosis Pestisida
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan dalam satu aplikasi atau lebih. Sementara dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan. Besarnya suatu dosis pestisida tergantung dalam label pestisida. Sebagai contoh dosis insektisida Diazinon 60 EC adalah satu liter per ha untuk sekali aplikasi, atau misal 400 liter larutan jadi diazinon 60 EC per ha untuk satu kali aplikasi sedangkan untuk dosis bahan aktif contohnya sumibas 75 SP dengan dosis 0,75 kg/ha                 (Djojosumarto, 2008).
3.      Daya racun dan potensi bahaya pestisida 
Karena pestisida pada umumnya adalah biosida bersifat racun terhadap OPT tetapi juga bersifat racun terhadap manusia ternak, ikan dan organisme bukan sasaran lainnya, maka untuk menilai potensi bahaya pestisida terhadap manusia digunakan hewan mamalia umumnya tikus, kelinci dan anjing sebagai hewan percobaan dalam mengukur kemampuan daya racun pestidida,  daya racun (toksisitas) yang dinilai adalah racun akut, sub akut (jangka pendek) dan kronik ( jangka panjang).  Biasanyan untuk daya racun akut dinyatakan dalam LD 50 oral ( mulut) dan dermal (kulit). Lethal Dose 50 (LD50), dosis tunggal bahan kimia atau bahan lain yang diturunkan secara statistik yang dapat diduga menyebabkan kematian 50% dari populasi organisme dalam serangkaian kondisi percobaan yang telah ditentukan.
Kategori toksisitas
Label pestisida memuat kata-kata simbol yang tertulis dengan huruf tebal dan besar yang berfungsi sebagi informasi
Kategori I
Kata–kata kuncinya ialah “Berbahaya Racun” dengan symbol tengkorak dengan gambar tulang bersilang dimuat pada label bagi semua jenis pestisida yang sangat beracun. Semua jenis pestisida yang tergolong dalam jenis ini mempunyai LD 50 yang aktif dengan kisaran antara 0-50 mg per kg berat badan.
Kategori II
Kata-kata kuncinya adalah “Awas Beracun” digunakan untuk senyawa pestisida yang mempunyai kelas toksisitas pertengahan, dengan daya racun LD 50 oral yang akut mempunyai kisaran antara 50-500 mg per kg berat badan.
Kategori III
Kata-kata kuncinya adalah “Hati-Hati” yang termasuk dalam kategori ini ialah semua pestisida yang daya racunnya rendah dengan LD 50 akut melalui mulut berkisar antara 500-5000 mg per kg berat badan (Goretti, 2009)
Dengan mempertimbangkan daya racun inilah diantaranya batas waktu aplikasi pestisida terakhir pada pertanaman ditetapkan.  Secara umum batas akhir penggunaan pestisida pada pertanaman adalah 2 (dua) minggu sebelum panen, dan ini hanya berlaku untuk insektisida cair yang diaplikasikan dari atas pertanaman.  Sedangkan untuk insektisida butiran, apalagi yang cara kerjanya sistematik, batas waktu pemakaian haruslah lebih panjang/lama dari masa panen karena pertimbangan daya racun yang tinggi dan masa terurainya didalan tanah yang relative lama. Lethal Time 50 (LT50), waktu dalam hari yang diperlukan untuk mematikan 50% hewan percobaan dalam kondisi tertentu.
Untuk menilai potensi bahaya pestisida terhadap kehidupan perairan khususnya ikan, parameter yang digunakan dalam menilai daya racun pestisida tersebut adalah LC 50 96 jam ( Lethal Concentration 50 dalam jangka waktu 96 jam) yaitu: konsentrasi pestisida dalam air yang dalam jangka waktu 96 jam mematikan 50 persen dari populasi ikan yang diberi perlakuan. Lethal Concentration 50 (LT50), konsentrasi yang diturunkan secara statistic yang dapat diduga menyebabkan kematian 50% dari populasi organisme dalam serangkaian kondisi percobaan yang telah ditentukan.
4.      Tanda dan Gejala Keracunan Pestisida
Pestisida golongan khlorhidrokarbon golongan ini bekerja mempengaruhi system saraf pusat tetapi cara kerjanya tidak diketahui dengan jelas.  Gejala khas keracunan adalah: sakit kepala, rasa berpusing, mual, muntah muntah, mencret, badan lemah, gugup, gemetar, kejang dan kesadaran hilang.  Pestisida yang termasuk golongan khlorhidrokarbon adalah: diedri 20 EC (diedrin); Sevidan 70 WP, fanodan 35 EC, Thiodan 35 EC (endosulfan) dll.
Pestisida golongan Organofosfat, apabila pestisida ini masuk kedalam tubuh, maka akan berikatan dengan enzim kholinesterase dalam darah yang berfungsi mengatur bekerjanya saraf, jadi bila enzim ini terikat pestisida meka enzim tersebut tidak akan dapat melaksanakan tugasnya, sehingga saraf dalam tubuh terus menerus mengirimkan perintah kepada otot tertentu untuk terus bergerak tanpa terkendali.  Gejala khas lainnya adalah pupil mata mengecil, mata berair, mulut berbusa/banyak mengeluarkan air liur, berkeringat, detak jantung cepat, kejang pada perut, mencret, sukar bernafas, lumpuh dan pingsan.  Pestisida yang termasuk golongan ini a.1: Basudin 60 EC, Neocidol 40 WP ( diazidon); Perfektion 400 EC, dimacide 400 EC ( dimacide); Dursban 20 EC, Basmiban 200 EC (khlopirifos); Azodrin 15 WSC, Gusdrin 150 WSC, Nuvacron 20 SCW (monocrotofos) dll.
Pestisida golongan karbamat, cara kerja pestisida karbamat sama dengan golongan Organofosfat yaitu menghambat kerja enzim kholinesterase, tetapi pengaruh pestisida karbamat terhadap enzim ini berlangsung agak cepat/singkat karena pestisida karbamat ini akan segera terurai didalam tubuh.  Tanda dan gejala keracunan yang disebabkan oleh golongan pestisida karbamat juga sama dengan gol. Organofosfat.   Formulasi pestisida yang termasuk gol. Karbamat al adalah: Temik 10 G (aldikarb); Bassa 50 EC, Hpcin 50 EC. Baycarb 500 EC Indobas 500 EC, Kiltop 50 EC, Dharmabas 50 EC (BPMC); carbavin 85 WP, Sevidan 70 WP (karbaril); furadan 3 G, Curaterr 3 G (karbofuran); Lannate 25 WP (metomil) dll.
Pestisida golongan /senyawa dipiridil, senyawa ini dapat merusak jaringan ephitel dari kulit, kuku, saluran pernapasan & pencernaan.  Tanda dan gejala keracunan oleh senyawa ini selalu terlambat diketahui karena akan muncul 24-72 jam setelah keracunan, itupun gejala yang nampak baru berupa mual, muntah dan diare sebagai akibat iritasi/peradangan pada saluran pencernaan . 72jam kemudian gejala keracunan meningkat peda kerusakan ginjal seperti kreatinin lever. 72 – 24  hari kemudian barulah nampak kerusakan pada paru paru.  Formulasi pestisida yang termasuk gol. Dipiridil diantaranya adalah : Gramoxone*, Herbatop 200 AS*, Para – col*
Pestisida golongan Arsen, Keracunan  pestisida ini biasanya melalui mulut walaupun bias juga melalui kulit atau pernapasan.  Tanda dan gejala keracunan akut pestisida golongan Arsen diantaranya adala nyeri pada perut, muntah dan diare, sedangkan gejala sub akutnya berupa sakit kepala, pusing dan banyak keluar ludah.  Contoh pestisida golongan Arsen diantaranya adalah Koppers F.7, Kemirin 72 P dll.
Pestisida golongan Antikoagulan, Golongan ini bekerjanya menghambat pembekuan darah dan merusak jaringan pembuluh darah.  Hal ini akan mengakibatkan pendarahan terutama terjadi didalam bagian dalam tubuh.  Tanda dan gejala keracunan pestisida golongan Antikoagulan ini  adalah meliputi rasa nyeri pada punggung, lambung dan usus, muntah muntah, pendarahan pada hidung, air kencing, gusi, timbul bintik merah pada kulit, terdapat lebam pada bagian lutut, sikut dan pantat dan terjadi kerusakan hebat pada ginjal.  Contoh formulasi pestisida golongan Antikoagulan ini diantaranya adalah ; klerat RMB (brodifacoum), Diphacin 110 (difacinon), Racumin 2 OC (kumatetralil) dll (Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2011).
5.      Pictogram
Setiap kemasan pestisida/ brosur yang menyertainya selalu memuat petunjuk yang harus dipenuhi oleh pengguna. Pengguna disarankan untuk selalu membaca label atau petunjuk penggunaan sebelum menggunakan Pestisida. Pengguna diharapkan juga mempelajari piktogram (tanda-tanda gambar) yang terdapat pada kemasan pestisida atau pada brosur/ leaflet pestisida.

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pupuk dan Pestisida. 2011. Petunjuk Teknis Pengawasan Pupuk dan Pestisida 2011.http://pla.deptan.go.id/pdf/Pengawasan.pdf. Diakses tanggal 30 September 2011.
Djojosumarto, Panut. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Goretti Catur Yuantari. 2009. Studi Ekonomi Lingkungan Penggunaan Pestisida dan Dampaknya Pada Kesehatan Petani Di Pertanian Hortikultura Desa Sumber Rejo kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang jawa Tengah. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang.

Senin, 23 Mei 2016

Ubinan Padi pada Jarak Tanam Jajar Legowo

Ubinan adalah luasan pada pertanaman, yang umumnya berbentuk empat persegi panjang atau bujur sangkar (untuk mempermudah perhitungan luas), yang dipilih untuk mewakili suatu hamparan pertanaman yang akan diduga produktivitasnya (hasil tanaman per hektar tanpa pematang) dengan cara menimbang hasil (kg/ubinan),  dikali 10.000 m2, dan dibagi dengan luas ubinan (m2). Ubinan yang benar adalah apabila diperluas ke kanan-kiri atau ke depan belakang (pada pertanaman dengan jarak tanam beraturan), maka jumlah rumpun tanaman (populasi) merupakan kelipatan dari jumlah rumpun dalam ubinan semula. Selama ini ukuran ubinan yang dipakai adalah 2,5 m x 2,5 m, namun ukuran tersebut tidak selalu tepat digunakan di pertanaman, hal ini dikarenakan jarak tanam yang digunakan petani berbeda antar lokasi/daerah, mulai dari 20 cm x 20 cm; 25 cm x 25 cm;  27,5 cm x 27,5 cm; dan 30 cm x 30 cm hingga system jajar legowo yang juga mempunyai beberapa tipe.

Alasan menggunakan ukuran ubinan berbeda
Apabila jarak tanam 25 cm x 25 cm maka jumlah rumpun dalam ubinan yang dipanen adalah 100 rumpun, yaitu 250/25 x 250/25 = 10 rumpun x 10 rumpun. Apabila jarak tanam 20 cm x 20 cm maka jumlah rumpun yang dipanen dengan cara yang sama adalah 250/20 x 250/20 = 12,5 rumpun x 12,5 rumpun = 156,25 rumpun, tentunya tidak dapat  dilaksanakan dengan tepat, yang menimbulkan perbedaan dalam perhitungan. Artinya begini, kita tidak mungkin memotong setengah rumpun saja sesuai perhitungan tadi. Misal nilai 12,5 rumpun dibulatkan menjadi 13 rumpun dalam luasan ubinan 6,25 m2 dan bisa juga “dianggap” 13 rumpun x 13 rumpun atau 169 rumpun (Cara 1). Dibandingkan dengan bila yang dipanen 12 rumpun x 12 rumpun atau 144 rumpun (Cara 2), maka hasil ubinan dengan cara yang sama (2,5 m x 2,5 m) terdapat selisih 25 rumpun. Dengan kata lain hasil ubinan dengan cara 1 akan 1,17 kali lebih besar dibandingkan dengan cara 2, yaitu 169/144 = 1,17. Bila cara 1 hasilnya 6 ton/ha, maka dengan cara 2 hasilnya hanya 5,128 ton/ha, padahal luas hamparannya sama.
Oleh karena itu, ada persyaratan yang perlu dipenuhi. Pertama, ukuran ubinan perlu disesuaikan dengan jarak tanam dan orientasi pertanaman, sehingga panjang dan lebar ubinan memuat jumlah rumpun yang tetap atau habis dibagi dengan jarak tanam. Kedua, supaya ada relevansinya dengan cara ubinan lama, yaitu 2,5 m x 2,5 m, maka ukuran ubinan diupayakan mendekati bujur sangkar dengan luas sekitar 6,25 m2

Ukuran Ubinan Jajar Legowo

1   1.  Legowo 2:1 (20 cm-40 cm) x 10 cm
a.       Orientasi pertanaman



b.      Populasi tanaman
Populasi tanaman dalam 1,2 m x 1 m = 4 rumpun x 10 rumpun atau 1,2 m2 = 40 rumpun atau  1 ha = 10.000/1,2 m2  x  40 rumpun = 333.333 rumpun.

c.       Ukuran ubinan
Ukuran Ubinan yang sesuai adalah: 2,4 m x 2,5 m = 6 m2 atau 8 rumpun x 25 rumpun = 200 rumpun

d.      Konversi Hasil Ubinan ke hektarApabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6 m2 x 3 kg = 5.000 kg GKP/ha dengan kata lain konversi hasil ubinan ke hektar = hasil ubinan (kg) X 1667

Ilustrasi denah ubinan:





2. Legowo 2:1 (25 cm – 50 cm) x 12,5 cm
a.  Orientasi pertanaman


b. Populasi tanaman
Populasi tanaman dalam 1,5 m x 1 m = 4 rumpun x 8 rumpun atau 1,5 m2 = 32 rumpun atau  1 ha = 10.000/1,5 m2  x  32 rumpun = 213.333 rumpun.

c. Ukuran ubinan
Ukuran Ubinan yang sesuai adalah: 3 m x 2 m = 6 m2 atau 8 rumpun x 16 rumpun = 128 rumpun

d. Konversi Hasil Ubinan ke hektar
Apabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6 m2 x 3 kg = 5.000 kg GKP/ha dengan kata lain konversi hasil ubinan ke hektar = hasil ubinan (kg) X 1667

Ilustrasi denah ubinan:





3. Legowo 4:1 penuh    (20 cm – 40 cm) X 10 cm

a.  Orientasi pertanaman

b. Populasi tanaman
Populasi tanaman dalam 1 m x 1 m = 4 rumpun x 10 rumpun atau 1 m2 = 40 rumpun atau  1 ha = 10.000/1 m2  x  40 rumpun = 400.000 rumpun.

c. Ukuran ubinan
Ukuran Ubinan yang sesuai adalah: 3 m x 2 m = 6 m2 atau 12 rumpun x 20 rumpun = 240 rumpun

d.  Konversi Hasil Ubinan ke hektar
Apabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6 m2 x 3 kg = 5.000 kg GKP/ha dengan kata lain konversi hasil ubinan ke hektar = hasil ubinan (kg) X 1667

Ilustrasi denah ubinan:




4.  Legowo 4:1 penuh  (25 cm – 50 cm) X 12,5 cm

a. Orientasi pertanaman

b.  Populasi tanaman
Populasi tanaman dalam 1,25 m x 1 m = 4 rumpun x 8 rumpun atau 1,25 m2 = 32 rumpun atau  1 ha = 10.000/1,25 m2  x  32 rumpun = 256.000 rumpun.

c. Ukuran ubinan
Ukuran Ubinan yang sesuai adalah: 2,5 m x 2,5 m = 6,25 m2 atau 8 rumpun x 20 rumpun = 160 rumpun

d.  Konversi Hasil Ubinan ke hektar
Apabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6,25 m2 x 3 kg = 4.800 kg GKP/ha dengan kata lain konversi hasil ubinan ke hektar = hasil ubinan (kg) X 1600

Ilustrasi denah ubinan:


Secara singkat dan lengkap, cara ubinan sesuai dengan jarak tanam jajar legowo yang bermacam-macam tipe itu dapat dilihat pada tabel di bawah ini ya..



Saran Jarak tanam jajar legowo dan ukuran ubinan
No
            Jarak Tanam             Jajar Legowo
Ukuran Ubinan
Konversi           hasil ke hektar

Legowo 2:1


1
(20 cm - 40 cm) x 10 cm
2,4 m x 2,5 m  = 6 m2
Dikalikan 1667
2
(25 cm - 50 cm) x 12,5 cm
3 m  x  2  m   = 6 m2
Dikalikan 1667
3
(30 cm - 60 cm) x 15 cm
2,7 m x 2,4 m = 6,48 m2
Dikalikan 1543

Legowo 4:1 penuh


4
(20 cm - 40 cm) x 10 cm
3 m x 2 m  = 6 m2
Dikalikan 1667
5
(25 cm - 50 cm) x 12,5 cm
2,5 m x 2,5 m = 6,25 m2
Dikalikan 1600

Legowo 4:1 kosong


6
(20 cm - 40 cm) x (10-20 cm)
3 m x 2 m  = 6 m2
Dikalikan 1667
7
(25 cm - 50 cm) x (12,5-25 cm)
2,5 m x 2 m = 5 m2
Dikalikan 2000

Legowo 6:1 penuh


8
(20 cm – 40 cm) x 10 cm
2,8 m x 2 m = 5,6 m2
Dikalikan 1786
9
(25 cm – 50 cm) x 12,5 cm
3,5 m x 2 m = 7 m2
Dikalikan 1429










Demikian tadi berbagai cara atau ukuran ubinan padi pada bermacam-macam jenis jarak tanam jajar legowo. Di lapangan memang banyak sekali tipe-tipe jarak tanam jajar legowo. Bagi para pembaca ukuran ubinan bisa menyesuaikan dengan jarak tanam yang dipakai. Semoga tulisan ini dapat menambah wawasan dan dapat diambil manfaatnya bagi para pembaca.

Sumber: Puslitbang Tanaman Pangan

Metode Menghitung Produksi Padi

Sebelum kita memutuskan untuk memanen sendiri padi kita atau menjual ketika masih di sawah tentunya kita harus bisa memprediksi atau memperkirakan hasil panen padi yang akan kita dapatkan. Sehingga kita tidak sampai tertipu oleh tengkulak karena kita sudah bisa memprediksi hasil panen kita.
Sebenarnya cara memprediksi atau memperkirakan panen padi ada beberapa metode. Namun kali ini hanya akan menyampaikan 2 metode yang sudah biasa saja. Yaitu metode ubinan dan metode menghitung 4 faktor.

1. METODE UBINAN
Alat/ bahan yang perlu dipersiapkan : meteran, tali, ajir, sabit/sabit bergerigi, terpal, tampah, karung dan timbangan.Waktu ubinan yang terbaik jam 9-12 siang.
Cara ubinan : 
  • Pilih 2 lokasi yang akan dijadikan tempat ubinan (misal titik A dan B). Sebenarnya untuk menentukan lokasi atau titik ubinan ini ada cara khusus, tetapi tidak perlu saya jelaskan disini karena terlalu ribet dan harus pake tabel. Yang penting tentukan lokasi di tengah petakan sawah dan yang mampu mewakili keadaan padi tersebut. (padi yang tumbuhnya tidak terlalu bagus dan tidak terlalu jelek.
  • Ukur menggunakan meteran kedua lokasi tersebut dengan jarak panjang dan lebar masing-masing 2,5 meter
  • Beri tanda hasil pengukuran dari kedua lokasi tersebut menggunakan ajir dan tali
  • Panen lokasi yang sudah diberi tanda menggunakan sabit/ sabit bergerigi
  • Rontokan gabah dari malainya pada tempat yang telah diberi alas terpal
  • Bersihkan kotoran yang ada pada gabah menggunakan tampah
  • Timbang hasil dari kedua lokasi ubinan tersebut (misal titik A= 5,5 kg dan titik B= 6 kg)

Cara menghitung ubinan :
Misal dari hasil timbangan diatas adalah titik A= 5,5 kg dan titik B= 6 kg, maka untuk menghitungnya adalah : 
  • Jumlahkan dahulu hasil timbangan kedua titik kemudian dibagi 2 - (5,5 kg + 6 kg) : 2 = 5,75 kg
  • Karena jarak ubinannya 2,5m x 2,5m maka luas ubinan adalah 6,25m2
  • Rumus ubinan/perkiraan = hasil rata-rata timbangan x (10.000 m2 : luas ubinan)
  • Perkiraan produksinya = 5,75 kg x (10.000 m2 : 6,25 m2) -- 5,75 kg x 1.600 = 9.200 kg/Ha GKP
  • Jadi hasil perkiraan produksi adalah 9.200 kg/Ha atau 9,2 ton/Ha GKP 
2. METODE MENGHITUNG 4 FAKTOR 
Sebelum kita memulai menghitung produksi padi dengan metode 4 faktor maka kita harus mengetahui dan menghitung 4 faktor tersebut:
  • Jarak tanam sehingga diketahui jumlah rumpun/ ha 
  • Jumlah anakkan
  • Jumlah butir per malai 
  • Jumlah 1000 butir per gram
 Adapun caranya adalah sebagai berikut :
  • Tentukan jarak tanamnya (misal 25 cm x 25 cm maka jumlah rumpunnya 160.000). Jumlah rumpun diperoleh dari 1 ha (dlm cm dibagi 25x25 cm) yaitu 100.000.000 : 625 = 160.000 
  • Tentukan 2 rumpun padi secara acak. Pilih yang tidak terlalu bagus dan tidak terlalu jelek. 
  • Hitung jumlah anakkannya.  
  • Hitung jumlah anakkan yang ada malainya. Bila dalam satu rumpun ada 18 anakkan yang ada malainya. 
  • Hitung seluruh biji dalam rumpun itu dan dibagi rata dengan jumlah malai. 
Misalkan rumpun 1 ada 2100 butir/ rumpun. maka rata-rata per malai adalah 116 butir. atau bisa kita ambil 3 malai saja, yang pendek, sedang dan panjang. Kita hitung jumlahnya dan dibagi 3, maka hasilnya 116 butir

Misal rumpun 2 ada 14 anakkan 1800 butir/ rumpun. Maka rata-rata per malai adalah 128 butir
 
– hitung berat 1000 butir GKP ( misalkan 30 gram )

Rumus Hasil = 
jumlah rumpun x jumlah anakan x butir per malai x berat per 1000 butir

Hasil untuk rumpun 1
= (160.000 x 18 x 116 x 30) : 1000
= 10022400 gram
= 10022,4 kg
10,022 ton/Ha GKP

Hasil untuk rumpun 2
= 160.000 x 14 x 128 x 30/1000
= 8601600 gram
= 8602 kg
8,602 ton/Ha GKP

Hasil Perkiraan Panen, kita ambil hasil rata-rata
= ( 10,022 + 8,602 ) : 2
9,312 ton/ha GKP

Demikian artikel tentang cara menghitung atau memperkirakan atau memprediksi produksi padi. Mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Setelah membaca tulisan ini saya harapkan mulai sekarang rekan-rekan Gerbang Pertanian tidak perlu bingung lagi memperkirakan hasil panen padi kita.

Sukses Petani Indonesia  !!

Mesin Perontok Padi dari Manual Hingga Mesin Modern

Mesin Perontok Padi

Mesin perontok padi adalah sebuah mesin sederhana yang berfungsi untuk merontokkan atau memisahkan bulir-bulir padi dari batangnya. Mesin perontok padi sangat diperlukan oleh para petani saat musim panen tiba.


Setelah padi mulai menguning pertanda padi sudah tua dan siap dipanen. Batang batang padi di sabit dan dikumpulkan menjadi satu. Untuk memudahkan dalam penggilingan, bulir bulir padi yang masih menempel dibatang ini harus dirontokan terlebih dahulu sehingga menjadi gabah. 

Mesin Perontok Padi Papan Kayu

Dahulu untuk merontokan padi para petani memukul-mukulkan batang padi ada balok kayu ( mirip kayu untuk cuci baju ). Cara ini dilakukan saat teknologi belum menyentuh ke bidang pertanian, terutama di desa-desa dan daerah terpencil.


Cara ini membutuhkan tenaga yang ekstra karena murni menggunakan tenaga manusia dan proses nya memakan waktu yang relatif lama. Apalagi bila jumlah padi yang mau dirontokkan cukup banyak. Seiring berjalanya waktu, cara ini mulai dianggap kurang eektif dan efisien maka diciptkanlah alat perontok padi secara manual. 

Mesin Perontok Padi Manual ( Kayuh )

Alat perontok padi manual ini dibuat dari kayu yang berbentuk silinder dan diberi paku paku. Silinder paku paku ini diberi AS dan dihubungkan dengan kayuh melalui rantai.

Mesin Perontok Padi Kayuh

Cara kerja alat perontok padi manual ini adalah saat batang dikayuh, maka silinder yang berpaku tersebut akan berputar ( mirip sepeda ) kemudian batang batang padi didekatkan ke silinder. Maka silinder berpaku akan bekerja seperti menyisir bulir bulir padi sehingga terpisah dengan batangnya. Di jawa alat perontok padi manual ini disebut dengan DOS.

Mesin Perontok Padi Diesel

Seiring dengan perkembangan teknologi, tenaga menusia untuk mengayuh mesin perontok padimanual mulai ditinggalkan dan digantikan dengan mesin diesel. Sehingga proses perontokan padi menjadi lebih mudah, cepat, dan efisien
Mesin Perontok Padi Diesel

Mesin perontok diesel ini cocok untuk petani yang mempunyai sawah yang luas dan hasil panen yang banyak sehingga proses perontokan padi bisa dilakukan dengan cepat dan gabah siap dijemur untuk digiling menjadi beras.

 Alat perontok padi mesin sederhana

Model atau bentuk alat perontok padi mesin sebenarnya mirip alat perontok padi sistem otel, bedanya hanya pada sistem penggeraknya.

Alat perontok padi mesin


 Alat perontok padi mesin modern

Jenis alat perontok padi mesin modern banyak sekali jenis dengan berbagai merknya. Di bawah ini salah satu contoh mesin perontok padi modern.

Alat perontok padi modern