Proses pembajakan Sawah

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Proses Semai

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Padi Mulai Berbuah

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Panen Oleh Penyuluh Kecamatan

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Proses Penimbangan

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 17 November 2016

Mengatasi Asem-aseman Pada Tanaman Padi


Hingga saat ini membedakan gangguan yang disebabkan oleh penyakit atau hama yang menyerang tanaman, khususnya pada tanaman padi oleh sebagian kalangan petani masih rancu dan membingungkan. Untuk itu kita bisa belajar bersama membedakan, mengamati dan mendalami apa yang menjadi penyebab untuk menemukan cara mengatasinya dengan tepat. 
Pada kesempatan ini, kita akan membahas gangguan pada tanaman padi yang disebabkan oleh penyakit. Penyakit pada tanaman padi itu bisa ditimbulkan oleh beberapa sebab antara lain oleh jamur, bakteri, virus, dan atau karena keadaan tanah itu sendiri. 

Salah satunya sering kita temui jika pada tanaman padi yang baru beberapa saat ditanam, tadinya dalam keadaan hijau dan baik, tapi tiba-tiba terlihat mulai menguning seperti terbakar (klorosis). Pada pertumbuhannya ditemukan gejala kerdil (tidak mau tumbuh), akarnya tampak coklat kekuningan, dan keseluruhan daun berwarna kecoklatan hingga akhirnya habis yang berujung terjadinya kematian pada jaringan batang serta akarnya. Inilah yang dinamakan tanaman padi terjangkit “asem-aseman”, begitu petani biasa menyebutnya.  

Gejala terkena asem-aseman ini biasanya muncul hampir tiap tahun pada musim tanam II, yaitu antara bulan Maret-April pada umur 2-4 minggu setelah tanam terutama musim kemarau (juga bisa dimusim hujan). Kejadian seperti ini akan semakin banyak dijumpai pada lahan sawah yang kandungan C-organiknya rendah, ditambah kebiasaan petani kita yang menggenangi sawahnya dengan tujuan untuk menekan  pertumbuhan gulma terutaman saat tanaman masih di usia muda. Pada lahan dengan drainase yang buruk (tidak mendapat masukkan dan air sulit dibuang dari petakan), juga akan dipastikan sangat mudah terjangkiti asem-aseman ini. Kondisi ini jelas akan mengurangi suplai dan proses pertukaran oksigen di dalam tanah, yang mana fungsinya sangat penting bagi perkembangan akar. Disebut juga gejala asem-aseman ini terjadi, karena proses perombakan/pelapukan bahan organik sisa jerami oleh mikroorganisme di lahan tersebut yang belum selesai.

Namun biasanya sebagian petani masih menganggap, bahwa kondisi tanaman yang demikian karena kekurangan unsur hara dengan kandungan N. Akhirnya ditambahlah pemakaian pupuk Urea yang mana bukannya daun menjadi hijau kembali, tapi malah akan semakin memperparah kondisi. Karena perlakuan seperti ini membuat terjadinya penurunan pH, tanah menjadi semakin asam, akhirnya tanaman keracunan Fe dan Na juga bisa timbul senyawa berbahaya seperti Asam Sulfat (H2SO4). Apalagi jika tanaman masih muda, bisa tambah makin parah jika dibarengi adanya serangan sundep (penggerek batang). 

Belajar dari pengalaman dan pengamatan di lahan juga sharing dari beberapa teman petani lain yang sudah lebih dulu tahu, ternyata mengatasi gejala terkena asem-aseman tidaklah sulit. 
Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi atau bisa mencegah terjadinya asem-aseman pada tanaman padi : 
 1.Perbaiki drainase lahan agar air bisa segera dibuang tidak terus menggenang, atau bisa dibuat parit di sekeliling petakan lahan untuk memudahkan air terkumpul di pinggir. 
 2.Melakukan penundaan waktu tanam sampai proses pelapukan sisa bahan organik selesai dengan sempurna, bisa tambahkan bahan perombak berbahan mikroorganisme tangguh untuk mempercepat proses. Imbangi dengan pengolahan lahan yang baik. Tambahkan setiap proses pengolahan lahan dengan pupuk kompos/kohe yang sudah matang sempurna minimal 2 ton per hektar, agar ketersediaan hara tetap terjaga dan meningkatkan sediaan C-Organik. Sehingga memperbesar daya serap air dan meremajakan tanah, sekalian bisa mengurangi pemakaian urea. Juga bisa tambahkan ZnSO4 15-20 kg per hektar lahan. Jika sudah terlanjur muncul gejala asem-aseman, undur jadwal pemupukan dengan unsur N bisa 20 HST atau lebih. Ganti sumber unsur N dari ZA, dan perhatikan asupan pupuk berimbang dengan kandungan P dan K sesuai anjuran. Karena akar sedang bermasalah, berikan juga larutan pupuk Zinc (ZnSO4) atau pupuk yang mengandung unsur Zn melalui aplikasi semprot pada daun 4-5 sendok makan per 14 liter air untuk membantu memulihkannya. (dengan Bio Optifarm juga mengandung Zinc, dosis aplikasi 3 tutup untuk 14 liter air) Pada lahan sawah dengan pola tanam padi-padi-padi, dianjurkan juga untuk menggunakan varietas yang lebih toleran tehadap asem-aseman seperti Kalimas-Sintanur-Membramo. Demikian beberapa cara untuk mengatasi asem-aseman yang bisa kita lakukan, dengan melakukan pengamatan harian pada lahan (rajin ditengok/ditiliki sawahe), diharapkan penanganan pada masalah yang timbul bisa segera tertangani dengan cepat. Apalagi jika ada tanda-tanda serangan hama maupun penyakit lainnya, sehingga kerugian yang akan terjadi bisa dihindari seminimal mungkin. Penambahan dengan POC plus Hayati Majemuk Bio Optifarm juga sangat kami anjurkan, karena selain mengandung mikroorganisme tangguh untuk mempercepat proses perombakan bahan organik. Kandungan Zinc (Zn) dan C-Organik yang ada didalamnya, juga membantu mempercepat pemulihan tanaman padi yang terkena gejala asem-aseman. Mikroorganisme didalam Bio Optifarm juga bisa turut membantu menormalkan kembali kondisi pH tanah yang terlanjur asam. Pemberian dengan dosis yang tepat akan memaksimalkan hasil. Mohon maaf jika ada kekurangannya karena keterbatasan ilmu kami, semoga ini bermanfaat. 


Senin, 05 September 2016

Mudahnya Mengukur Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah sangat penting bagi petani dalam mengembangkan usahataninya. Namun untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah bukanlah hal yang mudah. Uji laboratorium harus dilakukan terhadap contoh tanah yang diambil dari beberapa lokasi tanah yang ingin diketahui tingkat kesuburannya. Namun ada beberapa cara mudah dan sederhana yang bisa dilakukan untuk mengetahui kesuburan tanah. Meskipun hasilnya tidak selalu akurat, namun cara ini setidaknya bisa menjadi indikator awal untuk mengetahui tingkat kesuburannya.
  1. Menanam Jagung dan Ilalang. Pertumbuhan jagung dan rumput ilalang adalah indikator yang sangat baik untuk mengukur kemudian menunjukkan tingkat kesuburan tanah. Jika jagung dan rumput dapat tumbuh subur maka berarti tanah itu subur.
  2. Menggunakan Kunyit. Salah satu faktor penentu kesuburan tanah adalah dengan mengetahui secara tepat tingkat keasaman atau pH tanah. Jika ingin benar-benar akurat maka pengukuran pH tanah bisa menggunakan alat pH meter, namun ada cara yang lebih mudah dan sederhana, yaitu dengan menggunakan kunyit. Caranya, ambil kunyit sebesar jari telunjuk, potong menjadi dua. Salah satu potongan dimasukkan ke dalam tanah basah yang akan kita ukur pH nya, tunggu sampai 30 menit. Setelah itu ambil kunyit itu dan lihat warna bagian potongan Jika warna bagian yang terpotong tadi pudar berarti tanah bersifat asam, dan pH tanah netral jika hasil potongan tadi berwarna tetap cerah. Akan tetapi jika warna kunyit tadi biru berarti tanah itu cenderung basa.
  3. Melihat Keberadaan Cacing Tanah. Cacing tanah bisa menjadi indikator kesuburan tanah, karena sebagian besar bahan tanah mineral yang dicerna cacing tanah dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk nutrisi yang mudah dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, kotoran cacing tanah juga kaya unsur hara. Pasalnya, aktivitas cacing tanah mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara N, P, dan K di dalam tanah. Cacing tanah juga bermanfaat memperbaiki aerasi dan drainase di dalam tanah sehingga tanah menjadi gembur, serta membantu menguraikan bahan organik di dalam tanah dan memperbaiki struktur tanah. Dengan demikian semakin banyak cacing tanah yang ada dalam tanah maka semakin subur tanah tersebut.
  4. Plastik Pengukur Bahan Oganik. Kesuburan tanah bisa diukur dari banyaknya bahan organik atau C-organik yang tersedia dalam tanah. Ada cara mudah untuk mengukur kandungan bahan organik dalam tanah, yaitu dengan menggunakan plastik panjang. Caranya, siapkan plastik panjang 1 meter, ambil sampel tanah di beberapa titik lokasi dalam lahan, kemudian campur tanah itu hingga merata. Ikat salah satu ujung plastik dan masukkan tanah hingga setengah panjang plastik. Masukkan air hingga penuh kemudian ikat ujungnya. Kocok sampai tanah itu merata, gantung platik pada tiang dan biarkan 1-2 jam. Setelah benar-benar mengendap akan terlihat komposisi Humus akan berada pada lapisan tanah paling atas dan berwarna hitam, di bawahnya ada lapisan debu dan lempung, dan paling bawah adalah kerikil dan pasir. Semakin tebal lapisan bahan organik maka semakin subur tanah tersebut. (dari beberapa sumber/Sumarsono)
Sumber : http://tabloidsahabatpetani.com

Fungsi Mulsa Untuk Meningkatkan Produktifitas Pertanian


Budidaya aneka tanaman pangan banyak yang menggunakan penutup tanah sebagai solusi untuk meningkatkan produktivitas tanaman budidaya. Mulsa sebuah lapisan bahan yang sengaja diterapkan para petani pada permukaan tanah, dalam rangka menghemat atau teknik menekan biaya perawatan serta memperoleh hasil panen lebih maksimal.


Pada umumnya petani di indonesia, lebih banyak mengenal mulsa hanyalah sebuah bahan penutup tanah di lahan budidaya terbuat dari plastik (mulsa plastik). Padahal penyebutan mulsa tidak hanya mengarah ke bahan plastik, akan tetapi banyak bahan organik yang dapat digunakan sebagai mulsa tanah pertanian. Penggunaan dari bahan-bahan organik limbah pertanian atau limbah industri pengolahan kayu bisa dimanfaatkan petani sebagai mulsa penutup tanah pada lahan budidaya aneka tanaman.

FUNGSI DAN MANFAAT MULSA TANAH PERTANIAN

Fungsi serta manfaat penggunaan mulsa pada lahan pertanian adalah sangat komplek, namun ada poin paling penting yang dapat dirasakan oleh para petani, beberapa manfaat utama penerapan mulsa pada tanah pertanian antar lain:
  • Menghemat air
  • Meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah
  • Menekan pertumbuhan gulma
  • Meningkatkan daya tarik pandangan pada lahan pertanian
  • Mencegah erosi

BERBAGAI BAHAN YANG BISA DIGUNAKAN SEBAGAI MULSA

Agar memperoleh lima poin utama seperti di atas yaitu untuk menekan pertumbuhan gulma,menghemat penggunaan air, meningkatkan kesuburan & kesehatan tanah, mencegah pengikisan / erosi serta meningkatkan daya tarik pandangan pada budidaya tanaman anda. Ada berbagai jenis bahan yang dapat digunakan sebagai mulsa penutup antara lain dari bahan plastik hingga bahan dari limbah pertanian yang berlimpah disekitaran kita.

MULSA ORGANIK DARI LIMBAH PERTANIAN

Mulsa organik terdiri dari berbagai bahan yang mudah dan cepat di urai atau daurulang oleh alam, seperti jerami padi, daun-daun kering, daun hijau (mulsa hijauan), serbuk gergaji (grajen), sabut kelapa. Mulsa organik memiliki keunggulan lebih baik jika dibandingkan mulsa anorganik, selain ketersediaan bahan yang cukup banyak dan berlimpah, menggunakan mulsa organik juga bertindak langsung sebagai sistem pengomposan.
MEngunakan mulsa Limbah pertyanian
Mulsa Pertanian organik – 

FUNGSI MULSA MENINGKATKAN PRODUK PERTANIAN

Manfaat yang diperoleh bagi tanah itu sendiri akan semakin subur serta perbaikan tekstur dan aerasi tanah lebih maksimal, tentunya efek jangka panjang bagi tanaman budidaya yang akan datang semakin bagus produksinya. Manfaat yang jauh lebih besar juga akan diperoleh bagi petani itu sendiri, ketika menggunakan mulsa organik tidak menyisakan limbah seperti penggunaan mulsa plastik. Proses memanfaatkan limbah-limbah organik sebagai mulsa saat ini mulai banyak digunakan di beberapa Negara luar, baik dalam produksi tanaman komersial atau berkebun di sekitar rumah, dan bila penggunaan mulsa organik diterapkan dengan benar secara otomatis dapat meningkatkan produktivitas serta kesuburan tanah.
Agar mulsa dari berbagai limbah organik dari lahan pertanian seperti batang jagung (tebon), jerami padi, batang pisang (gedebok) , ranting-ranting kering, daun dan aneka limbah pertanian lainnya dapat bekerja lebih maksimal maka langkah menghancurkan atau menghaluskan bahan-bahan tersebut diperlukan. Proses mencacah dapat dilakukan secara manual atau menggunakan mesin penghancur bahan organik.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MULSA ORGANIK

Kelebihan menggunakan penutup tanah dengan bahan organik pada lahan budidaya memang memiliki dampak yang baik bagi kesuburan tanah dan peningkatan produksi lebih maksimal dari waktu ke waktu. Selain mudah didapat bahkan gratis, namun penerapan mulsa organik juga memiliki kekurangan juga. Penerapan mulsa organik sifatnya hanya sementara, karena mengalami pelapukan dari waktu ke waktu ada yang cepat dan lambat terurai, tergantung dari bahan organik yang digunakan.

MULSA PLASTIK

Seiring perkembangan industri plastik yang merambah di sektor pertanian, telah banyak menciptakan aneka produk atau alat pertanian untuk menunjang budidaya di segala bidang tanaman. Seperti halnya dalam kebutuhan atau teknik penutup tanah “MULSA” pada lahan budidaya tanaman sayur dan buah, mulsa plastik cenderung lebih umum digunakan oleh kebanyakan petani. Biasanya mulsa plastik terbuat dari bahan polimer polypropylene dan polimer polietilen.
Dari segi penerapan dan teknik budidaya menggunakan mulsa plastik tergolong cukup mudah dan praktis, namun menggunakan penutup tanah dengan bahan anorganik akan menyisakan limbah yang sulit terurai oleh alam dan membutuhkan waktu pelapukan lebih panjang. Penggunaan mulsa berbahan plastik Ini dapat diterapkan langsung ke tanah, atau sekitar tanaman yang dibudidayakan.
Jenis mulsa plastik juga terdapat berbagi macam kualitas bahan dan warna, adapun beberapa jenis yang beredar di pasaran adalah mulsa plastik putih (MPP) , mulsa plastik transparan (MPT), mulsa plastik hitam (MPH), mulsa plastik perak hitam (MPPH) yang memiliki kelebihan serta fungsi tersendiri.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MULSA PLASTIK

Kelebihan menggunakan mulsa berbahan plastik adalah praktis, dapat bersifat temporer dan permanen, menekan pertumbuhan gulma lebih baik, mencegah erosi atau pengikisan tanah pada lahan budidaya lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan mulsa organik. Tetapi dalam hal memperbaiki struktur serta kesuburan tanah dalam jangka panjang dan sistem aerasi kurang maksimal

PENGARUH PENGGUNAAN MULSA PLASTIK

Pengaruh penggunaan mulsa plastik pada kadar air tanah adalah kompleks, mulsa membentuk sebuah lapisan atau sekat pada tanah yang mencegah sinar matahari untuk mencapai permukaan tanah, sehingga fungsi mulsa plastik mampu mengurangi penguapan berlebihan. Namun, dampak lain dari menggunakan mulsa juga dapat menghambat serta mencegah air hujan mencapai tanah untuk di serap.
Nah, untuk meningkatkan hasil produksi budidaya pertanian yang anda lakukan bisa memilih mulsa dari bahan organik atau plastik sesuai dengan anggaran. Karena penggunaan mulsa plastik atau limbah pertanian tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, pertimbangan akhir ada di tangan anda

Sumber : https://organikilo.co

Jumat, 26 Agustus 2016

Anggota Komisi B DPRD Jawa Tengah Sidak Pelaksanan kartu tani di Gringsing Batang ternyata belum berjalan dengan baik

Pelaksanan pilot project kartu tani di Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang ternyata belum berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan banyak faktor seperti ketersediaan pupuk di tingkat pengecer serta keengganan petani untuk menyetorkan tabungan di BRI.

Dari pantauan yang dillaksanakan oleh Anggota Komisi B DPRD Jawa Tengah di salah satu pengecer pupuk bersubsidi Desa lebo.Kecamatan Gringsing, kabupaten Batang, diperoleh data bahwa pengecer tersebut sejak dilounching penggunaan kartu tani tanggal 3 Maret yang lalu sampai sekarang baru melayani pembelian pupuk bersubsidi untuk 10 orang petani.
Kesepuluh petani tersebut membeli pupuk dengan menggunakan kartu tani namun harus membayar secara tunai karena kartu yang dimiliki tidak ada dananya.

“Mereka membeli secara tunai karena belum menabung untuk mengisi kartu tani yang dimilikinya,” ungkap Entik, pengecer pupuk bersubsidi kepada Anggota Dewan,  Senin (24/8).

Entik menjelaskan, kartu tani yang dimiliki petani hanya digunakan untuk melihat kuota pupuk bersubsidi yanng dimiliki pemegang kartu. Namun demikian ketika ada petani yang akan membeli pupuk bersubsidi dengan jumlah melebihi kuota tetap dilayani asalkan dibayar tunai dan persediaannya mencukupi.

Saat ini di Desa Lebo terdapat dua pengecer namun hanya satu yang masih beroperasi. Pengecer pupuk Bu entik sendiri sejak bulan Juni yang lalu sudah tidak bisa melayani petani karena tidak mendapatkan pasokan dari distributor. “Informasinya karena saya tidak mampu menjual sesuai kuota sebanyak 250 ton setahun,” ungkapnya.

Salah seorang petani pemegang kartu tani, sulemi,  mengatakan sejak menerima kartu dirinya belum pernah  mengggunakan kartu tani hal ini disebabkan dia belum melakukan pembelian pupuk karena belum masuk musim tanam. “Saya sudah isi kartu dengan tabungan sebanyak tiga ratus ribu rupiah dan belum pernah saya gunakan,” katanya.

Anggota Komisi B DPRD Jawa Tengah Didiek Hardiana mengaku prihatin dengan pelaksanaan kartu tani di Gringsing yang digunakan sebagai pilot project. Dari 250 kartu yang sudah didistribusikan ternyata belum berjalan Sesuai dengan harapan bahkAn untuk membeli pupuk, petani tidak harus menggunakan kartu tani.
“Petani bisa membeli pupuk bersubsidi tanpa harus memiliki kartu tani yang penting bisa bayar dan barangnya ada,” ungkapnya.

Anggota Fraksi PDI Perjuangan ini mengharapkan agar Pemprov Jateng serius dalam menjalankan program kartu tani mengingat  program ini merupakan program uggulan yang digembar gemborkan Gubernur Ganjar Pranowo pada masa kampanye sebelum menjadi gubernur tahun 2013 yang lalu.

Menurut Didiek, berdasarkan laporan dari petugas PPL di Kecamatan Gringsing, saat ini sudah berhasil di data sebanyak 2600 petani dan datanya siap diinput untuk mendapatkan kartu tani. Namun Sampai sekarang belum ada langkah yang jelas untuk menindaklanjuti data tersebut.

Anggota Komisi B lainnya Riyono mengunggkapkan, pilot project pelaksanaan Kartu Tani di kecamatan Gringsing Kabupaten Batang sampai saat ini praktis belum bisa berjalan. Hal ini tetrlihat dari pembelian pupuk oleh petani masih dengan cara tunai dan tidak menggunakan kartu tani.
“Kartu tani yang dimiliki petani belum ada dananya sehingga tidak bisa digunakan. Petani tetap saja membeli dengan cara tunai,” jelasnya.

Riyono bahkan secara khusus memberip perhatian kepada pengecer yang sudah diputus dan tidak mendapat setoran pupuk dari distributor padahal pengeecer tersebut sudah memiliki kartu EDC bank BRI.
“Harusnya pengecer tersebut diprioritaskan,  buat apa Sudah diberi EDC untuk memudahkan pelayanan penggunaan kartu tani kalau malah diputus dan alatnya ngganggur,”‘ pungkasnya

Kamis, 21 Juli 2016

Sekali Tanam, Padi Panen Lebih Tiga Kali

Untuk memacu peningkatan roduksi eras nasional di perlukan beberapa strategi antara lain:
1) perluasan areal tanam denganmencetak sawah baru,
2) peningkatan produktivitas lahandan
3) perluasan areal panen melaluipeningkatan IP (indeks panen).
Budidaya padi salibu dapat memacu peningkatan produksi padi dengan meningkatkan IP (indekpertanaman). Beberapa keuntungan budidaya salibu diantaranya adalah umurnya relatif lebih pendek, kebutuhan air lebih sedikit, biaya produksi lebih rendah karena penghematan dalam pengolahan tanah,penanaman,penggunaan bibit dan kemurnian genetik lebih terpelihara.
Pertumbuhan tunas-tunas terjadi salah satunya karena adanya perlakuan pemangkasan. Tinggi pemangkasan batang menentukan jumlah mata tunas yang ada untuk pertumbuhan ulang, maka tinggi pangkasan berpengaruh terhadap kemampuan pembentukan tunas salibu.
Budidaya padi salibu adalah salah satu inovasi teknologi untuk memacu produktivitas/ peningkatan produksi. Pada budidaya padi salibu ada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain;
1) tinggi pemotongan batang sisa panen,
2) varietas,
3) kondisi air tanah setelah panen,dan
4) pemupukan.
Padi Salibu merupakan tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang sisa panen ditebas/dipangkas, tunasakan muncul dari buku yang ada di dalam tanah tunas ini akan mengeluarkan akar baru sehingga suplay hara tidak lagi tergantung pada batang lama,tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi seperti padi tanaman pindah biasa, inilah yang membuat pertumbuhan dan produksinya sama atau lebih tinggi dibanding tanaman pertama (ibunya).
Padi salibu berbeda dengan padi ratun, ratun adalah padi yang tumbuh dari batang sisa panen tanpa dilakukan pemangkasan batang. tunas akan muncul pada buku palingatas, suplay hara tetap dari batang lama. Pertumbuhan tunas setelah dipotong sangat dipengaruhi oleh ketersedian air tanah, dan pada saat panen sebaiknya kondisi air tanah dalam keadaan kapasitas lapang.
Untuk mengimbangi kebutuhan unsur hara pada masa pertumbuhan anakan padi. salibu perlu pemupukan yang cukup,terutama hara nitrogen. Unsur nitrogen merupakan komponen utama dalam sintesis protein, sehingga sangat dibutuhkan pada fase vegetatif tanaman, khususnya dalam proses pembelahan sel. Tanaman yang cukup mendapatkan nitrogen memperlihatkan daun yang hijau tua dan lebar, fotosintesis berjalan dengan baik,unsur nitrogena dalah faktor penting untuk produktivitas tanaman.
Budidaya salibu akan meningkatkan indek panen karena,tidak lagi melakukan pengolahan tanah,persemaian dan tanam, sehingga rentang waktu produksi lebih pendek. Budidaya ini secara tidak lansung juga dapat menanggulangi keterbatasan varietas unggul, karena pertumbuhan tanaman selanjutnya terjadi secara vegetative maka mutu varietas tetap sama dengan tanaman pertama. Budidaya padi salibu akan lebih ekonomis sekitar 45 %dibanding budidaya tanam pindah,hal inilah yang meningkatkan pendapatan petani.
Metodologi Pelaksanaan Salibu :
1. Menjaga Kelembaban Tanah
Pada kondisi lahan sawah yang terlalu kering, segera setelah padi dipanen lahan digenangi air setinggi ±5 cm selama 2-3 hari, kemudian saluran pembuangan air dilepas kembali. Tujuannya adalah untuk menjaga kelembapan tanah dan menghindari agar batang padi yang masih berdiri tidak mati kekeringan.
2. Pemberian Pupuk Kandang,
pemotongan batang dan menaburJerami Sebelum melakukan pemotongan batang, pupuk kandang diberikan pada lahan terlebih dahulu dengan kebutuhan 1 ton/ha.
Pemotongan dilakukan pada pangkal batang menggunakan mesin potong rumput dengan ketinggian ± 5 cm dari permukaan tanah.
Setelah selesai melakukan pemotongan maka semua jerami baik sisa pemanenan ataupun bekas pemotongan batang ditabur mera tadi permukaan lahan. tunggul padi tidak ada yang tertutup oleh tumpukan jerami, kalau itu terjadi maka tunas baru tidak akan tumbuh.
3. Memupuk Dan Melumpurkan Tanah
Untuk merangsang pertumbuhan maka kurang lebih dua minggu setelah pemotongan pangkal batang atau setelah sebagian besar tunas muncul ke permukaan maka dilakukan pemupukan pertama dengan cara menaburkan pupuk Urea diantara rumpun padi secara merata sebanyak 150 kg/ ha. Untuk menjaga pertumbuhan dan ketersediaan air maka pertahankan kondisi air dipermukaan lahandalam keadaan macak – macak,dimana saluran pemasukan dan pengeluaran air dalam keadaan tertutup.

Untuk melumpurkan tanahdi hamparan persawahan maka dilakukan dengan cara menginjak –injak tanah dan jerami diantara rumpun padi sampai jeraminya terbenam kedalam tanah. Perlakuan menginjak – injak tanah dan jerami tersebut disamping untuk melumpurkan tanah danmempercepat proses pelapukan jerami juga sebagai upaya untuk penyiangan. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk Urea sebanyak 150 kg/ha.
Pemupukan kedua dilakukan pada tanaman berumur 40 hari, pupuk yang diberikan adalah SP36 125 kg dan KCl diberikan sebanyak 25 kg. Pemupukan KCl dilakukan dengan ½ dosis dari dosis anjuran.
4. Pengendalian Hama danPenyakit
Karena tidak ada masa berat antara satu daur hidup tanaman dengan daur hidup berikutnya maka penerapan sistem budidaya padi salibu akan lebih rentan terhadap berbagai kemungkinan serangan hama dan penyakit.
5. Panen dan Pasca Panen
Panen Penentuan saat panen tanaman pangan bijian merupakan syarat awal mutu yang baik. Pada budidaya padi salibu panen bisa dilakukan pada umur ± 90 hari. Jika terlambat memanen padi, akan mengakibatkan banyak biji yanag tercecer atau busuk sehingga mengurangi produksi. 10 hari menjelang panen sebaiknya sawah dikeringkan, tujuannya adalah untuk menyerempakkan pematanagan gabah
Siklus daur tanam seperti ini bisa dilakukan lebih tiga kali.
Selamat Mencoba

 Sumber : https://indonesiabertanam.com


PADI, JENIS RUMPUT YANG BISA PANEN LEBIH DARI SEKALI

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SALIBU

Menurut Erdiman, peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat, yang pertama kali mengenalkan budidaya padi Salibu, teknologi budidaya padi Salibu merupakan cara menanam padi dengan sekali tanam namun bisa dipanen lebih dari tiga kali. “Padi Salibu dapat tumbuh lagi setelah batang sisa panen dipangkas. Tunas akan muncul dari buku yang ada di dalam tanah. Tunas tersebut akan mengeluarkan akar baru sehingga pasokan unsur hara tidak lagi tergantung dengan batang lama,” jelasnya. Menurutnya, tunas tersebut bisa membelah atau bertunas lagi seperti padi tanam pindah sehingga membuat pertumbuhan dan produksinya sama tinggi, bahkan lebih tinggi dibandingkan tanaman induknya. Ini yang membuat padi Salibu berbeda dengan padi ratun yang tumbuh dari batang sisa panen tanpa dilakukan pemangkasan batang. Sumber : tabloit sahabat petani

KEBUTUHAN UNSUR HARA PADI SALIBU


Untuk memenuhi kebutuhan unsur hara pada masa pertumbuhan anakan padi, perlu dilakukan pemupukan yang cukup, terutama hara nitrogen. Unsur nitrogen merupakan komponen utama dalam sintesis protein, sehingga sangat dibutuhkan pada fase vegetatif tanaman, khususnya dalam proses pembelahan sel. Tanaman yang cukup mendapatkan nitrogen memperlihatkan daun yang hijau tua dan lebar, fotosintesis berjalan dengan baik,unsur nitrogena dalah faktor penting untuk produktivitas tanaman.

Cara budidaya ini akan meningkatkan indek panen, sebab petani tidak lagi perlu melakukan pengolahan tanah, persemaian dan tanam, sehingga rentang waktu produksi lebih pendek.

Budidaya ini secara tidak lansung juga dapat menanggulangi keterbatasan varietas unggul, karena pertumbuhan tanaman selanjutnya terjadi secara vegetative maka mutu varietas tetap sama dengan tanaman pertama. Budidaya padi ini akan lebih ekonomis sekitar 45 % dibanding budidaya tanam pindah, hal ini akan menguntungkan bagi petani.


TEKNIS BUDIDAYA TANAM PADI PADI SALIBU


Setelah padi dipanen, lahan perlu digenangi air setinggi ±5 cm selama 2-3 hari, kemudian saluran pembuangan air dilepas kembali. Tujuannya adalah untuk menjaga kelembapan tanah dan menghindari agar batang padi yang masih berdiri tidak mati kekeringan.

Sebelum melakukan pemotongan batang, pupuk kandang diberikan pada lahan terlebih dahulu dengan kebutuhan 1 ton/ha. Pemotongan dilakukan pada pangkal batang menggunakan mesin potong rumput dengan ketinggian ± 5 cm dari permukaan tanah.  Setelah selesai melakukan pemotongan maka semua jerami baik sisa pemanenan ataupun bekas pemotongan batang ditabur merata di permukaan lahan. Jaga supaya tunggul padi tidak ada yang tertutup oleh tumpukan jerami, kalau itu terjadi maka tunas baru tidak akan tumbuh.

Setelah penyabitan batang padi saat panen pertama, tunas baru akan muncul dari buku yang ada di dalam tanah.  Tunas padi ini akan mengeluarkan akar baru sehingga suplay hara tidak lagi tergantung pada batang lama.  Tunas padi yang baru dapat beranak seperti padi tanaman yang ditanam dengan cara pindah biasa, inilah yang membuat pertumbuhan dan produksinya sama atau lebih tinggi dibanding tanaman pertama (induknya). 


PEMUPUKAN, PELUMPURAN, & PENYIANGAN PADI SALIBU


Untuk merangsang pertumbuhan tanaman baru, maka dua minggu setelah pemotongan pangkal batang atau setelah sebagian besar tunas muncul ke permukaan, dilakukan pemupukan pertama dengan cara menaburkan unsur nitrogen (N) diantara rumpun padi secara merata sebanyak 150 kg/ ha. Untuk menjaga pertumbuhan dan ketersediaan air maka pertahankan kondisi air dipermukaan lahan dalam keadaan macak – macak, dimana saluran pemasukan dan pengeluaran air dalam keadaan tertutup.

Untuk melumpurkan tanah di hamparan persawahan maka dilakukan dengan cara menginjak –injak tanah dan jerami diantara rumpun padi sampai jeraminya terbenam kedalam tanah. Perlakuan menginjak – injak tanah dan jerami tersebut disamping untuk melumpurkan tanah dan mempercepat proses pelapukan jerami juga sebagai upaya untuk penyiangan.

Penyiangan dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk N sebanyak 150 kg/ha. 
Pemupukan kedua dilakukan pada tanaman berumur 40 hari, pupuk yang diberikan adalah unsur P 125 kg dan KCl diberikan sebanyak 25 kg. Pemupukan KCl dilakukan dengan ½ dosis dari dosis anjuran.


DAYA TAHAN PADI SALIBU TERHADAP PENYAKIT & HAMA

Karena tidak ada masa rentan antara satu daur hidup tanaman dengan daur hidup berikutnya maka penerapan sistem budidaya padi cara ini akan lebih tahan terhadap berbagai kemungkinan serangan hama dan penyakit.

PADI SALIBU BISA PANEN LEBUH DARI TIGA KALI
Pada budidaya padi  ini, panen ke dua bisa dilakukan pada umur ± 90 hari. Jika terlambat memanen padi, akan mengakibatkan banyak biji yanag tercecer atau busuk sehingga mengurangi produksi.

Sepuluh (10) hari menjelang panen sebaiknya sawah dikeringkan, tujuannya adalah untuk menyerempakkan pematanagan gaba. Siklus daur tanam seperti ini bisa dilakukan lebih tiga kali.


Sumber:
Tanto de Hobbo, NEITSA, AgriculturesNetwork.org
Indonesia bertanam, teknologi salibu 
- BPPadi Litbang Pertanian
Tabloit Sahabat Petani 

Jumat, 24 Juni 2016

Bagaimana Cara Mengendalikan Wereng Coklat dan Tungro

Padi banyak dibudidayakan oleh petani Indonesia. Dalam budi-dayanya sering dijumpai ber-bagai kendala, seperti musim, serangan hama dan penyakit, kebijakan peme-rintah sampai harga jual yang rendah. Adanya serangan hama dan penyakit seperti wereng coklat maupun tungro masih menjadi kendala utama bagi petani. Petani seakan sudah kehilangan akal untuk mengatasi dua serangan ini. Kerugian yang ditimbulkan tidak sedikit dan mengancam produksi beras nasi-onal. Akibat serangan ini, produksi bisa turun dari serangan rendah (15%) sampai serangan berat (79%). Penu-runan produksi akibat serangan ini dapat dikurangi bila kita mengenali terlebih dahulu karateristik hama dan penyakitnya sehingga kita dapat mencari cara yang efektif dalam me-ngendalikannya. Berbagai upaya telah dilakukan dalam mengendalikan kedua musuh ini
Gejala Serangan
Pada padi yang terserang wereng coklat terlihat helaian daun padi yang paling tua berangsur-angsur berwarna kuning. Bila hal itu dibiarkan akan ditandai dengan adanya massa berupa jamur jelaga. Serangan wereng coklat dengan tingkat populasi yang tinggi akan menyebabkan warna daun dan batang tanaman menjadi kuning kemudian berubah menjadi coklat dan akhirnya seluruh tanaman menjadi kering seperti terbakar. Berkembangnya serangan wereng coklat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya (1) wereng coklat adalah serangga yang mampu berkembang biak dengan cepat dimana dalam masa reproduksinya, satu buah induk betina wereng coklat mampu menghasilkan 100-600 butir telur. Dengan daya sebar yang cepat dan ganas serta kemampuan menemukan sumber makanan, membuat serangan wereng coklat ini semakin meluas. (2) penanaman varietas padi yang peka/tidak tahan terhadap wereng coklat, kemudian (3) adanya pola tanam yang tidak teratur dan (4) penggunaan pestisida yang kurang tepat sehingga tidak efektif dalam membasmi wereng coklat tersebut.
Berbeda dengan serangan hama wereng coklat, serangan penyakit tungro ini disebabkan oleh virus. Penyebaran serangan penyakit ini sangat cepat karena dibantu oleh vektor (serangga penular) yaitu we-reng hijau (Nephotettix virescens dan N. nigropictus). Adapun gejala / tanda kerusakan yang ditimbulkan dari penyakit ini adalah : Gejala serangan awal di lahan biasanya khas dan menyebar secara acak. Daun padi yang terserang virus tungro mula-mula berwarna kuning oranye dimulai dari ujung-ujung, kemudian lama-kelamaan berkembang ke bagian bawah dan tampak bintik-bintik karat berwarna hitam. Bila keadaan ini dibiarkan jumlah anakan padi akan mengalami pengurangan, tanaman menjadi kerdil, malai yang terbentuk lebih pendek dari malai normal selain itu banyak malai yang tidak berisi (hampa) sehingga tidak bisa menghasilkan. Seperti halnya wereng coklat, penyebaran penyakit ini juga sangat cepat. Cepatnya perkem-bangan penyakit tungro disebabkan antara lain oleh : (1) cepatnya perkembangan serangga penular (wereng hijau),(2) masih dilakukannya penanaman bibit padi yang tidak diketahui asal usul dan kesehatannya, terutama dari daerah endemis tungro, (3) adanya penanaman varietas tidak tahan tungro yang didu-kung pola tanam tidak teratur, dan (4) para petani masih enggan melakukan pemusnahan (eradikasi) pada tanaman yang terkena serangan tungro akibatnya tanam padi sehat yang lain ikut terkena penyakit ini.
Penyebaran dan Siklus Hidup
Pengendalian hama wereng coklat dan penyakit tungro ini akan lebih efektif bila kita mengetahui bagaimana gejala, sistem penularan dan siklus hidup serangga penyebar penyakit itu. Penularan penyakit tung-ro pada padi bersumber dari singgang (sisa tanaman padi setelah dipanen) dan rumput-rumput yang berada di sekitar tanaman padi. Virus tungro ini dibawa oleh wereng hijau dengan menghisap tanaman sakit dan me-nyebarkannya melalui jaringan tanaman padi. Penularan penyakit oleh wereng hijau ini berlangsung secara non persisten, yaitu segera terjadi dalam waktu 2 jam setelah menghisap tanaman, dan menimbulkan tanda serangan setelah 6 – 9 hari kemudian. Selain wereng hijau dewasa, nimfa (larva) dari serangga ini pun dapat menularkan virus tungro. Virus ini tidak dapat ditularkan melalui : telur wereng hijau, biji padi, atau gesekan antara tanaman sehat dengan tanaman sakit. Berdasarkan hal itu, maka bila kita ingin mengendalikan penyakit akibat virus ini, maka yang perlu kita kendalikan adalah faktor penyebarnya yaitu wereng hijau, tanaman yang sakit dan singgang-singgang sebagai sumber penyakit.
Dalam siklus hidupnya wereng coklat terbagi kedalam 3 fase yaitu telur, nimfa dan serangga dewasa. Wereng coklat betina meletakkan telur-telurnya di dalam pelepah dan tulang daun. Setelah 7-9 hari kemudian telur-telur tersebut menetas dan menjadi nimfa. Pada fase nimfa inilah serangga wereng coklat berbahaya karena pada fase ini nimfa-nimfa bersaing untuk men-dapatkan sumber makanan agar bisa tumbuh menjadi serangga dewasa. Dalam menunjang perkembangannya menjadi dewasa itulah nimfa ini kemudian merusak tanaman dengan cara memakan dan menghisap cairan yang ada dalam tanaman padi. Nimfa ini sendiri terbagi ke dalam 5 instar sesuai warnanya. Instar pertama ber-warna putih dan selanjutnya berubah menjadi warna coklat. Pada umur 13-15 hari, nimfa sudah berkembang menjadi serangga dewasa. Wereng cok-lat mempunyai keistimewaan yaitu mampu membentuk biotipe baru. Pembentukan biotipe ini terjadi bila terjadi pergantian varietas padi yang tahan wereng. Penggunaan perstisida yang kurang benar akan menimbulkan biotipe baru yang menyebabkan wereng tersebut semakin kebal ter-hadap insektisida yang diberikan.
Langkah Pengendalian
Pengendalian wereng coklat dapat dilakukan dengan mencegah penyebaran dan perkembangbiakan hama tersebut. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama ini adalah ;
Pertama yaitu melakukan pemantauan secara rutin dan terjadwal yang dilakukan dengan cara mengamati areal tanaman padi dalam interval waktu tertentu (misalnya seminggu sekali), sejak awal persemaian, penanaman sampai panen. Pemantauan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepadatan populasi wereng coklat di tiap lokasi sehingga dapat dijadikan pedoman apakah perlu dilakukan tindakan pengendalian atau tidak. Semakin tinggi kepadatan populasi wereng coklat, semakin cepat kita harus melakukan tindakan pengendalian. Adapun pedoman untuk menetapkan gejala serangan wereng dengan menggunakan 3 kunci pendugaan. Yaitu tipe A, B dan C. Pendugaan tipe A ini terjadi pada saat persemaian. Kerusakan dianggap berat bila pada saat umur 30 hari terdapat 50 ekor betina makrop per 25 kali ayunan jaring. Pada tipe B, fase ini terjadi saat padi berumur 20 – 30 HST. Tingkat serangan dianggap merugikan bila ditemukan 2 – 5 ekor betina dalam satu rumpun. Tipe C yaitu pada saat padi berumur 20 – 30 HST dan 50 – 60 HST. Kerusakan dianggap berat bila ditemukan 2 – 5 ekor betina berakhip dalam 1 rumpun padi. Pemantauan ini sebaiknya dilakukan bersamasama dalam satu kelompok tani dan hasilnya dibahas untuk menentukan langkah pengendaliannya.
Kedua adalah memusnahkan singgang (sisa tanaman) yang terserang virus kerdil rumput dan kerdil hampa dengan cara mengolah tanah sesegera mungkin setelah tanaman padi dipanen. Dengan kita membiarkan lahan tersebut, maka kemungkinann timbulnya serangan virus akan lebih besar saat kita memulai penanaman kembali.
Ketiga adalah menanam padi varietas unggul tahan hama. Penanaman varietas tahan hama terbukti mampu dan efektif mengurangi serangan wereng coklat. Penggunaan bibit padi yang merupakan keturunan dari benih asli/bersertifikat akan membuat tanaman menjadi lebih peka/rentan terhadap serangan hama, sehingga disarankan untuk selalu menggunakan benih F-1-nya. Saat ini ada sekitar 17 varietas yang tergolong tahan wereng diantaranya : Cisadane, IR-50, Krueng Aceh, Sadang, Cisokan, Cisang-garung, IR-64, Dodokan, IR-66, Way Seputih, Walanae, Membramo, Cilo-asri, Digul, Maros, Cirata dan Way Opo Buru. Namun , perlu diketahui pula bahwa diantara verietas tersebut, ada beberapa varietas diantaranya yang rentan terhadap biotipe wereng tertentu diantaranya : Cisadane, Krueng Aceh, Sadang dan Cisokan, yang hampir semuanya meskipun tahan wereng biotipe B2, namun agak rentan terhadap B1 dan rentan terhadap biotipe B3.
Keempat yaitu melakukan pemusnahan selektif terhadap tanaman padi yang terserang ringan. Artinya memilih tanaman padi yang terserang dengan cara mengambilnya untuk kemudian dibuang/dibakar di tempat lain. Bila terjadi serangan berat, maka perlu dilakukan pemusnahan (eradikasi) total.
Kelima yaitu melakukan penyemprotan dengan insktisida anjuran seperti Winder 25WP bila populasiwereng coklat telah mencapai batas-batas : populasi wereng mencapai lebih dari 10 ekor per rumpun saat padi berumur kurang dari 40 HST dan populasi wereng mencapai lebih dari 40 ekor per rumpun saat tanaman padi berumur lebih dari 40 HST.
Keenam yaitu ada saat melakukan penyemprotan sebaiknya dimulai dengan membuka (“membiak”) antara barisan tanaman, kemudian menyemprot tanaman dengan mengarahkan semprotan ke bagian batang bawah. Hal ini dilakukan karena biasanya wereng coklat berada di bagian batang bawah.
Untuk pengendalian penyakit tungro dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
Pertama adalah mengatur pola tanam pada areal padi dengan melakukan pergiliran tanamn bukan padi untuk memutus siklus hidup wereng hijau dan meniadakan sumber penyakitnya.
Kedua adalah melakukan pengolahan tanah sesegera mungkin setelah pemanenan. Hal ini dimaksudkan untuk memusnahkan singgang tanaman padi sebagai inang vektor.
Ketiga adalah menanam varietas tahan penyakit tungo. Saat ini ada beberapa varietas padi yang tahan terhadap serangan tungro diantaranya : IR-50, IR-64, Citanduy, Dodokan, IR –66, IR-70, Barumun, kelara, memberamo, IR-36, IR-42, Semeru, Ciliwung , Kr. Aceh, Sadang, Cisokan, Bengawan , Citarum dan terakhir adalah serayu. Pengendalian akan lebih efektif bila dilakukan pergiliran varietas setiap menanam padi.
Keempat adalah mengupayakan penanaman secara serempak dalam satu hamparan.
Kelima yaitu melakukan pemantauan secara terjadwal sejak awal dimulai di singang-singgang sehabis panen, dilanjutkan pada persemaian dan tanaman muda (saat tanaman kritis umur 2-6 minggu setelah tanam), khususnya di daerah endermis tungro. Hasil pengamatan dibahas dalam kelompok guna menentukan gerakan pengendalian.
Keenam yaitu pada saat persemaian benih disebar paling cepat 5 hari setelah pengolahan tanah, mengingat virus tungro yang ada di singgang dan tubuh wereng hijau telah hilang setelah periode waktu tersebut. Kemudian pada daerah kronis tungro sebelum melakukan penyebaran benih sebaiknya tanah diberi insktisida bahan aktif carbofuran sebanyak 4 kg/500 m2 dengan cara dibenamkan bersamaan dengan pengolahan tanah. Bibit sebaiknya tidak menggunakan dari daerah yang terdapat serangan tungro. Bibit yang terinfeksi tungro harus dicabut dan kemudian dimusnahkan dengan cara dibenamkan ke dalam tanah. Kemudian melakukan penyemprotan dengan insektisida anjuran bila populasi vektor (wereng hijau) mencapai 20 ekor per 25 ayunan jaring.
Ketujuh yaitu pengendalian saat tanaman muda. Pengendalian dilakukan dengan mengatur saat tanam sedemikian rupa agar saat populasi wereng hijau tinggi, tanaman padi sudah berumur lebih 60 HST. Selain itu dilakukan eradikasi selektif secara kesinambungan dan melakukan penyemprotan insktisida anjuran bila populasi wereng hijau minimal 3 ekor per 25 ayunan jaring.
(Sumber : Jurnal /Leaflet IP2TP-Wonocolo).