Proses pembajakan Sawah

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Proses Semai

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Padi Mulai Berbuah

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Panen Oleh Penyuluh Kecamatan

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Proses Penimbangan

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 30 Maret 2016

Teknik dan Cara Menanam Kacang Hijau


Kacang hijau (Vigna radiata. L) adalah tanaman sejenis palawija dari golongan kacang-kacangan atau polong-polongan (Fabaceae). Budidaya kacang hijau, tidak jauh berbeda dengan budidaya kacang kedelai (kacang kuning) dan budidaya kacang tanah.

Habitat asli kacang hijau tumbuh baik di daerah/wilayah dataran rendah yang mempunyai iklim tropis atau tropika. Indonesia, sebagai negara yang berada di garis khatulistiwa, berpeluang besar menjadi negara produksi kacang hijau terbesar salah satu di dunia.

Hampir semua bagian-bagian dari tanaman kacang hijau bernilai eknomis, terutama adalah biji kacang hijau. Kacang hijau bermanfaat untuk kehidupan sebagai sumber pangan kaya protein nabatin yang sangat berguna bagi manusia.

Sebagai sumber pangan protein nabatin, kacang hijau diolah dalam berbagai bentuk kuliner dan produk seperti bubur kacang hijau, sop kacang hijau, bubur nasi bayi, kueh kacang hijau, bahan kosmetik kecantikan, dan tentunya sebagai bahan utama bagi industri-industri pembuatan makanan ringan.

Di Indonesia, kacang hijau sangat populer sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Konsumsi kacang hijau di Indonesia, menempati urutan ketiga sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah.

Atas gambaran diatas, maka budidaya kacang hijau merupakan salah satu usaha agrobisnis potensial yang layak Anda kembangkan, disamping teknik budidaya kacang hijau yang sangat mudah.Teknik dan Cara Menanam Kacang Hijau, sebagai berikut; 

Syarat Tumbuh
Kacang hijau sangat cocok ditanam pada tanah bertekstur liat berlempung yang banyak mengandung bahan organik, aerasi, serta drainase yang baik. Kacang hijau akan tumbuh optimal pada struktur tanah yang gembur dengan pH 5,8 - 7,0 optimal 6,7.

Iklim
Iklim yang baik untuk budidaya kacang hijau di daerah yang memiliki curah hujan optimal yakni 50-200 mm/bulan. Temperatur 25-27 0C dan kelembaban udara antara 50-80% serta mendapatkan sinar matahari yang cukup.

Benih dan Varietas Kacang Hijau
Semua varietas kacang hijau yang telah dilepas cocok ditanam baik di lahan sawah maupun area tegalan. Sekarang sudah tersedia beberapa varietas kacang hijau terbaru yang tahan penyakit seperti; Sriti, Perkutut, Kutilang, dan varitas Mural. Jenis-jenis bibit ini sangat dianjurkan untuk ditanam pada daerah yang memiliki endemik penyakit Embun Tepung dan Bercak Daun. Kebutuhan benih berkisar sekitar 20 kg/ha dengan daya tumbuh mencapai 90%.

Penyiapan Lahan Kacang Hijau
Pada lahan bekas penanaman padi (sawah dan ladang) boleh tidak dilakukan proses TOT dalam penyiapan lahan budidaya kacang hijau. TOT adalah singkatan dari Tanpa Olah Tanah, sebuah istilah yang sering digunakan dalam dunia pertanian.

Budidaya kacang hijau di bekas area penanaman padi, tunggul-tunggul padi perlu dipotong pendek dan dibersihkan. Untuk memperkaya kesuburan tanah, sebaiknya area dilakukan bajak ulang. Apabila tanah becek/kelebihan air, perlu dibuat saluran air atau drainase dengan jarak 3-5 meter.

Apabila kacang hijau dibudidaya pada lahan Tegalan atau bekas tanaman palawija, seperti jagung atau jenis lainnya, perlu dilakukan pengolahan tanah. Lahan dibajak sedalam 15 - 20 cm, kemudian dihaluskan dan diratakan. Untuk area tegalan, saluran irigasi dibuat dengan jarak berkisar 3 - 5 meter.

Cara Tanam Kacang Hijau
Di Indonesia cara penanaman kacang hijau dilakukan dengan sistem tugal. Setiap lubang dimasukkan dua biji/lubang. Kacang hijau yang penanamannya dilakukan pada musim hujan, sebainya menggunakan pola jarak tanam 40 cm x 15 cm sehingga populasi per hektar bisa mencapai 300 - 400 ribu tanaman/ha. 

Jika penanaman dilakukan pada musim kemarau, disarankan menggunakan pola jarak tanam 40 cm x 10 cm sehingga populasinya bisa mencapai 400 - 500 ribu tanaman/ha.

Budidaya kacang hijau pada lahan bekas tanaman padi, proses penanamannya tidak boleh lebih dari 5 hari sesudah padi dipanen. Dan untuk setiap musim; penyulaman yang baik dilakukan pada saat tanaman berumur tidak lebih dari 7 hari.

Cara Pemupukan Kacang Hijau


Pemupukan Non Organik: 
Untuk lahan yang kurang subur, tanaman kacang hijau diberikan pupuk sebanyak 45 kg Urea ditambah 45 - 90 kg SP36 + 50 kg KCl/ha. Pupuk diberikan pada saat tanam, dengan cara di larikan pada sisi lubang tanam sepanjang barisan tanaman.

Pemupukan Organik/Kompos: 
Dewasa ini pupuk organik sangat dianjurkan untuk digunakan oleh para petani. Penggunaan pupuk kandang pada tanaman kacang hijau berkisar 1520 - 1560 ton/ha dan untuk penutup lubang dengan memberikan abu dapur. 

Pada lahan sawah bekas tanaman padi yang subur, tidak perlu dipupuk atau bahan organik, karena para petani dapat memanfaatkan mulsa jerami untuk budidaya kacang hijau. Sebab, penggunaan mulsa jerami dapat menekan serangan hama lalat bibit, pertumbuhan gulma, dan penguapan air. Dosis jerami padi diberikan sebanyak 5 ton/ha.

Penyiangan
Penyiangan yang baik dilakukan dua kali pada saat tanaman sudah berumur 2 dan 4 minggu.

Penyakit Kacang Hijau
Penyakit yang sering menyerang kacang hijau antara lain; bercak daun, busuk batang, embun tepung dan penyakit puru.

Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan menanam varietas yang tahan penyakit. Pengendalian cara lain dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida dan fungisida seperti: Benlate, Dithane M-45, Baycor, Delsene MX 700 atau Daconil pada awal serangan dengan dosis 2 g/l air.

Pada penyakit Embun Tepung (Erysiphepofygoni) dapat dikendalikan dengan fungisida hexakonal dan diberikan pada umur 4 dan 6 minggu. Penyakit bercak daun, efektif dikendalikan dengan fungisida hexakonazol, diberikan pada umur kacang hijau 4, 5 dan 6 minggu.

Pengendalian hama
Hama utama kacang hijau adalah Lalat Kacang (Agmmyxa phaseoti), Ulat Jengkal (Piusia chaitites), Kepik Hijau (Nezara virfduta), Kepik Coklat (Riptonus tinearis), dan Penggerek Polong (Maruca testutalis), Kutu Thrips dan lain-lain.

Pengendalian hama dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida. Seperti Cwifldor, Regent, Curacron, Atabnon, Furadan, atau Pegassus dengan dosis 2-3 ml/liter air dan volume semprot 5OIM>00 liter/ha. 

Pada daerah yang memiliki endemik Lalat Bibit (Agromyza phaseoti) proses penanganan benih harus dilakukan secara baik. Pengendalian lalat bibit dapat menggunakanI Insektisida Carbosulfan (10 g/kg benih) atau Fipnonil (5 cc/kg benih).


Penanganan Panen 
Secara umum, kacang hijau mulai dapat dipanen apabila polong sudah berwarna hitam atau coklat. Dapat ditandain dengan berubahnya warna polong dari hijau menjadi hitam atau coklat dan kering. 

Penanganan panen kacang hijau tidak boleh terlambat. Apabila keterlambatan panen dapat mengakibatkan polong pecah saat di lapangan. Panen dengan cara dipetik dan polong segera dijemur selama 2-3 hari hingga kulit mudah terbuka. 

Penjemuran diterik matahari mempermudah saat proses pembijian. Pembijian secara tradisional, biasanya dilakukan dengan cara dipukul (bub-bub). Pemukulan bisanya dilakukan dalam kantong plastik atau kain untuk menghindari kehilangan hasil. Pembersihan biji kacang hijau dari kotoran dengan menggunakan alat tampah atau tampir. Setelah kacang hijau ditampah, biji segera dijemur lagi sampai kering.

Jika penanganan panen kacang hijau dalam skala yang besar, penggunaan alat tampah/tampir tentu sangat merepotkan, membutuhkan tenaga manusia yang sangat dan tidak ekonomis. 

Untuk penanganan hasil panen kacang hijau dalam jumlah besar, dapat menggunakan mesin perontok kacang hijau (pemolong), dan untuk menjaga kwalitas biji kacang tidak rusak, sebaiknya menggunakan mesin perotok spek tinggi, irit dan ramah lingkungan.   

Hama dan Penyakit Tanaman Jagung dan Cara Pengendaliannya


Tanaman jagung sudah lama diusahakan petani Indonesia dan merupakan tanaman pokok setelah padi. Penduduk kawasan timur Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur, Madura, sebagian maluku, dan Irian Jaya sudah biasa menggunakan jagung sebagai makanan pokok sehari-hari. Produksi jagung Indonesia sebagian besar berasal dari pulau Jawa (± 66%) dan sisanya berasal dari propinsi luar Jawa terutama Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur.
Jagung memiliki peranan penting dalam industri berbasis agribisnis. Untuk tahun 2009, Deotan melalui Direktorat Jendral Tanaman Pangan mengklaim produksi jagung mencapai 18 juta ton. Jagung dimanfaatkan untuk konsumsi, bahan baku industri pangan, industri pakan ternak dan bahan bakar. Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring berkembangnya industri pakan dan pangan.
Rendahnya hasiljagung disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor fisik (iklim, jenis tanah dan lahan) dan faktor biologis (varietas, hama, penyakit dan gulma), serta faktor sosial ekonomi. Menurut Baco dan Tandiabang (1988) dalam Surtikanti (2011), tidak kurang dari 50 spesies serangga telah diketemukan dapat menyerang tanaman jagung di Indonesia.  Hama dan penyakit merupakan kendala dalam peningkatan produksi jagung.
Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produktivitas jagung antara lain adalah serangan hama dan penyakit. Hama yang sering dijumpai menyerang tanaman jagung adalah ulat penggerek batang jagung, kutu daun, ulat daun, ulat penggerek tongkol, ulat grayak, lalat bibit, ulat tanah. Sedangkan Bulai, Karat, penyakit gosong, penyakit busuk tongkol adalah penyakit yang sering muncul di tanaman jagung dan dapat menurunkan produksi jagung.
Surtikanti (2011), menyatakan bahwa di pertanaman jagung ada beberapa jenis hama yang diantaranya berstatus penting yaitu lalat bibit (Atherigona sp.), ulat tanah (Agrothis sp.), lundi/uret (Phylophaga hellen),, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), ulat grayak (Spodoptera litura,, Mythimna sp.), penggerek tongkol (Helicoverpa armigera), dan wereng jagung (Peregrinus maydis). Penyakit – penyakit yang dapat menyerang tanaman jagung diantaranya penyakit bulai, peyakit Virus Mozaik Kerdil, hawar daun, hawar upih daun,dan busuk tongkol.
HAMA  TANAMAN JAGUNG
1. Penggerek Batang Jagung (Ostrina furnacalis Guen)
Gejala serangan
Larva O. Furnacalis ini mempunyai karakteristik kerusakan pada setiap bagian tanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan tassel yang rusak.

Pengendalian
a).  Kultur teknis
- Waktu tanam yang tepat.
- Tumpang sari jagung dengan kedelai atau kacang tanah.
- Pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman).
b).  Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : Parasitoid Trichogramma spp. Parasitoid tersebut dapat memarasit telur O.  furnacalis. Predator Euborellia annulata memangsa larva dan pupa O. Furnacalis. Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikan larva O. Furnacalis, Cendawan sebagai entomopatogenik adalah Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O. furnacalis. Ambang ekonomi 1 larva/tanaman.
c).  Pengendalian kimiawi
Penggunaan insektisida yang berbahan aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos, dan karbofuran efektif untuk menekan penggerek batang jagung.
2. Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Pengendalian
a).  Kultur teknis
- Pembakaran tanaman
- Pengolahan tanah yang intensif.
b).  Pengendalian fisik / mekanis
- Mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian memusnahkannya.
- Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah tanaman sejak tanaman berumur 2 minggu.
c).  Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : patogen SI-NPV (Spodoptera litura- Nuclear Polyhedrosis Virus), Cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria bassina, Nomuarea rileyi, dan Metarhizium anisopliae, bakteri Bacillus thuringensis, nematoda Steinernema sp,. Predator Sycanus sp,. Andrallus spinideus, Selonepnis geminada,  parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp. 
d).  Pengendalian Kimiawi
Beberapa insektisida yang dianggap cukup efektif adalah monokrotofos, diazinon, khlorpirifos, triazofos, dikhlorovos, sianofenfos, dan karbaril.
3. Penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera Hbn. Noctuidae Leppidoptera)
Gejala Serangan
Imago betina akan meletakkan telur pada silk jagung dan sesaat setelah menetas, larva kan menginvasi masuk kedalam tongkol dann akan memakan biji yang sedang mengalami perkembangan. Infestasi serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung.
Pengendalian 
a).  Kultur teknis
Pengolahan tanah yang baik akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan dapat mengurangi populasi H. Armigera berikutnya.
b).  Pengendalian Hayati
Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah Parasit, Trchogramma spp yang merupakan parasit telur dan Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) parasit pada larva muda. Cendawan, Metarhizium anisopliae.menginfeksi larva. Bakteri, Bacillus thuringensis dan Virus Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV).menginfeksi larva.
c).  Kimiawi
Untuk mengendalikan larva H. Armigera pada jagung, penyemprotan insektisida Decis dilakukan setelah terbentuknya rambut jagung pada tongkol dan diteruskan (1-2) hari hingga rambut jagung berwarna coklat.
4. Lalat Bibit (Atherigona sp, Ordo: Diptera)
Pengendalian
a).  Pengendalian hayati
Parasitoid yang memarasit telur adalah Trichogramma spp, dan parasit larva adalah Opius sp. Dan Tetrastichus sp. Predator Clubiona japonicola yang merupakan predator imago.
b).  Kultur teknis dan pola tanam
Oleh karena aktivitas lalat bibit hanya selama 1 – 2 bulan pada musim hujan, maka dengan mengubah waktu tanam, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi, tanaman dengan tanaman bukan padi, dengan tanam serempak serangan dapat dihindari.
c).  Varietas Resisten
Galur-galur jagung QPM putih yang tahan terhadap lalat bibit adalah MSQ-P1 (S1)-C1-12, MSQ-P1(S1)-C1-44, MSQ-P1(S1)-C1-45, sementara galur-galur jagung QPM kuning yang tahan terhadap serangan hama ini adalah MSQ-K1(S1)-C1-16, MSQ-K1(S1)-C1-35, MSQ-K1(S1)-C1-50.
d).  Kimiawi
Pengendalian dengan insektisida dapat dilakukan dengan perlakuan benih (seed dressing), yaitu thiodikarb dengan dosis 7,5-15g b.a./kg benih atau karbofuran dengan dosis 6g b.a./kg benih. Selanjutnya setelah tanaman berumur 5-7 hari, tanaman disemprot dengan karbosulfan dengan dosis 0,2kg b.a./ha atau thiodikarb 0,75 kg b.a/ha. Penggunaan insektisida hanya dianjurkan di daerah endemik.
5. Sitophilus zeamais (Motsch) , Coleoptera, Curculionidae
Sitophilus zeamais Motsch dikenal dengan maize weevil atau kumbang bubuk, dan merupakan serangga yang bersifat polifag, selain menyerang jagung, juga beras, gandum, kacang tanah, kacang kapri, kacang kedelai, kelapa dan jambu mente, S. zeamais lebih dominan terdapat pada jagung dan beras. S. zeamais merusak biji jagung dalam penyimpanan dan juga dapat menyerang tongkol jagung yang masih berada dipertanaman
Cara pengendalian
-Pengelolaan tanaman
Serangan selama tanaman di lapangan dapat terjadi jika tongkol terbuka, sehingga. Tanaman yang kekeringan, dengan pemberian pupuk yang rendah menyebabkan tanaman mudah terserang busuk tongkol sehingga dapat diinfeksi oleh kumbang bubuk. Panen yang tepat pada saat jagung mencapai masak fisiologis, Panen yang tertunda dapat menyebabkan meningkatnya kerusakan biji di penyimpanan.
-Varietas tanaman
Penggunaan varietas dengan kandungan asam fenolat tinggi dan kandungan asam aminonya rendah dapat menekan kumbang bubuk. Penggunaan varietas yang mempunyai penutupan kelobot yang baik
-Kebersihan dan pengelolaan gudang
Kebanyakan hama gudang cenderung bersembunyi atau melakukan hibernasi sesudah gudang tersebut kosong. Taktik yang digunakan termasuk membersihkan semua struktur gudang dan membakar semua biji yang terkontaminasi dan membuang dari area gudang. Selain itu karung-karung bekas yang masih berisi sisa biji harus dibuang. Semua struktur gudang harus diperbaiki, termasuk dinding yang retak-retak dimana serangga dapat bersembunyi, dan memberi perlakuan insektisida baik pada dinding maupun plafon gudang.
-Persiapan biji jagung yang disimpan
Kadar air biji + 12% dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk. Perkembangan populasi kumbang bubuk akan meningkat pada kadar air 15% atau lebih.
-Pengendalian secara fisik dan mekanis
Pada suhu lebih rendah dari 50C dan di atas 350C perkembangan serangga akan berhenti. Penjemuran dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk. Sortasi dapat dilakukan dengan memisahkan biji rusak yang terinfeksi oleh serangga dengan biji sehat (utuh).
-Bahan Tanaman
Bahan nabati yang dapat digunakan yaitu daun Annona sp., Hyptis spricigera, Lantana camara, daun Ageratum conyzoides, Chromolaena odorata, akar dari Khaya senegelensis, Acorus calamus, bunga dari Pyrethrum sp., Capsicum sp., dan tepung biji dari Annona sp. dan Melia sp.
-Pengendalian hayati
Penggunaan agensi patogen dapat mengendalikan kumbang bubuk seperti Beauveria bassiana pada konsentrasi 109 konidia/ml takaran 20 ml/kg biji dapat mencapai mortalitas 50%. Penggunaan parasitoid Anisopteromalus calandrae (Howard) mampu menekan kumbang bubuk.
-Fumigasi
Fumigan merupakan senyawa kimia yang dalam suhu dan tekanan tertentu berbentuk gas, dapat membunuh serangga/hama melalui sistem pernafasan. Fumigasi dapat dilakukan pada tumpukan komoditas kemudian ditutup rapat dengan lembaran plastik. Fumigasi dapat pula dilakukan pada penyimpanan yang kedap udara seperti penyimpanan dalam silo, dengan menggunakan kaleng yang dibuat kedap udara atau pengemasan dengan menggunakan jerigen plastik, botol yang diisi sampai penuh kemudian mulut botol atau jerigen dilapisi dengan parafin untuk penyimpanan skala kecil. Jenis fumigan yang paling banyak digunakan adalah phospine (PH3), dan Methyl Bromida (CH3Br).
PENYAKIT TANAMAN JAGUNG
1. Bulai
Gejala
Gejala penyakit ini terjadi pada permukaan daun jagung berwarna putih sampai kekuningan diikuti dengan garis-garis klorotik dan ciri lainnya adalah pada pagi hari disisi bawah daun jagung terdapat lapisan beledu putih yang terdiri dari konidiofor dan konidium jamur.
Penyakit bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang meluas keseluruh bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun yang dibentuk terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda biasanya tidak membentuk buah, tetapi bila infeksinya pada tanaman yang lebih tua masih terbentuk buah dan umumnya pertumbuhannya kerdil.
Penyebab
Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis yang luas sebarannya, sedangkan Peronosclerospora sorghii hanya ditemukan di dataran tinggi Berastagi Sumatera Utara dan Batu Malang Jawa Timur.
Cara pengendalian
-Menanam varietas tahan: Sukmaraga, Lagaligo, Srikandi, Lamuru dan Gumarang
-Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu   sampai satu bulan
-Penanaman jagung secara serempak
-Eradikasi tanaman yang terinfeksi bulai
-Penggunaan fungisida metalaksil pada benih jagung (perlakuan benih) dengan dosis 0,7 g bahan aktif per kg benih.
2. Bercak daun

Gejala
Penyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras patogennya yaitu ras O, bercak berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 0,6 x (1,2_1,9) Cm. Ras T bercak berukuran lebih besar yaitu (0,6_1,2) x (0,6_2,7) Cm, berbentuk kumparan dengan bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan. Kedua ras ini, ras T lebih virulen dibanding ras O dan pada bibit jagung yang terserang menjadi layu atau mati dalam waktu 3_4 minggu setelah tanam. Tongkol yang terinfeksi dini, biji akan rusak dan busuk, bahkan tongkol dapatgugur. Bercak pada ras T terdapat pada seluruh bagian tanaman (daun, pelepah, batang, tangkai kelobot, biji dan tongkol). Permukaan biji yang terinfeksi ditutupi miselium berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil yang cukup besar. Cendawan ini dalam bentuk miselium dan spora dapat bertahan hidup dalam sisa tanaman.
3. Hawar daun
Gejala 
Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5_15 Cm, bercak muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering dan cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa tanaman di lapang.
Penyebab penyakit hawar daun adalah : Helminthosporium turcicum
Cara pengendalian
-Menanam varietas tahan Bisma, Pioner2, pioner 14, Semar 2 dan 5
-Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak daun
-Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate.
4. Karat
Gejala
Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat pada permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah, uredinia menghasilkan uredospora yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau.
Penyebab penyakit karat adalah Puccinia polysora
Cara pengendalian :
-Menanam varietas tahan Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima 1 dan Semar 10
-Eradikasi tanaman yang terinfeksi karat daun dan gulma
-Penggunaan fungisida dengan bahan aktif benomil
5. Busuk pelepah
Gejala
Gejala penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung umumnya terjadi pada pelepah daun, bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu, bercak meluas dan seringkali diikuti pembentukan sklerotium dengan bentuk yang tidak beraturan mula-mula berwarna putih kemudian berubah menjadi cokelat. Gejala hawar dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan permukaan tanah dan menjalar kebagian atas, pada varietas yang rentan serangan jamur dapat mencapai pucuk atau tongkol. Cendawan ini bertahan hidup sebagai miselium dan sklerotium pada biji, di tanah dan pada sisa-sisa tanaman di lapang. Keadaan tanah yang basah, lembab dan drainase yang kurang baik akan merangsang pertumbuhan miselium dan sklerotia, sehingga merupakan sumber inokulum utama.
Penyebab penyakit busuk pelepah adalah Rhizoctonia solani
Cara pengendalian :
-Menggunakan varietas/galur yang tahan sampai agak tahan terhadap penyakit hawar pelepah misalnya: Semar 2, Rama, Galur GM 27,
-Diusahakan agar pertanaman tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak  terlalu tinggi
-Lahan mempunyai drainase yang baik
-Mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama
-Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim
6. Busuk Batang
Gejala
Tanaman jagung tampak layu atau kering seluruh daunnya. Umumnya gejala tersebut terjadi pada stadia generatif, yaitu setelah fase pembungaan. Pangkal batang yang terinfeksi berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan, bagian dalam busuk, sehingga mudah rebah, pada bagian kulit luarnya tipis. Pada pangkal batang terinfeksi tersebut ada yang memperlihatkan warna merah jambu, merah kecoklatan atau coklat. Penyakit busuk batang jagung dapat disebabkan oleh delapan spesies/cendawan seperti Colletotrichum graminearum, Diplodia maydis, Gibberella zeae, Fusarium moniliforme, Macrophomina phaseolina, Pythium apanidermatum, Cephalosporium maydis, dan Cephalosporium acremonium. Di Sulawesi Selatan penyebab penyakit busuk batang yang telah berhasil diisolasi adalah Diplodia sp., Fusarium sp. dan Macrophomina sp.
Penularan
Cendawan patogen penyebab penyakit busuk batang memproduksi konidia pada permukaan tanaman inangnya . Konidia dapat disebarkan oleh angin, air hujan ataupun serangga.mPada waktu tidak ada tanaman, cendawan dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman yang terinfeksi dalam fase hifa atau piknidia dan peritesia yang berisi spora. Pada kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangannya, spora akan keluar dari piknidia atau peritesia. Spora pada permukaan tanaman jagung akan tumbuh dan menginfeksi melalui akar ataupun pangkal batang. Infeksi awal dapat melalui luka atau membentuk sejenis apresoria yang mampu penetrasi ke jaringan tanaman. Spora/konidia yang terbawa angin dapat menginfeksi ke tongkol, dan biji yang terinfeksi bila ditanam dapat menyebabkan penyakit busuk batang.
Cara pengendalian
-Pengendalian penyakit busuk batang jagung dapat dilakukan dengan  menanam varietas tahan, hasil pengujian 54 varietas/galur jagung terhadap Fusarium sp. Melalui inokulasi tusuk gigi di dapat 17 varietas/galur yang paling tinggi ketahanannya yaitu BISI-1, BISI-4, BISI-5, Surya, Exp.9572, Exp. 9702, Exp. 9703, CPI-2, FPC 9923, Pioneer-8, Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-13, Pioneer-14, Semar-9, Palakka, dan J1-C3.
-Pergiliran tanaman, pemupukan berimbang, menghindari pemberian N tinggi dan K rendah, dan drainase yang baik.
-Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati dapat dilakukan dengan cendawan antagonis Trichoderma sp.
7. Busuk tongkol
Penyakit busuk tongkol dapat disebabkan oleh beberapa jenis cendawan antara lain:
a.    Busuk tongkol Fusarium
Gejala
Permukaan biji pada tongkol berwarna merah jambu sampai coklat, kadangkadang diikuti oleh pertumbuhan miselium seperti kapas yang berwarna merah jambu. Cendawan berkembang pada sisa tanaman dan di dalam tanah, cendawan ini dapat terbawa benih , dan penyebarannya dapat melalui angin atau tanah Penyakit busuk tongkol fusarium disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium moniliforme
b.   Busuk tongkol Diplodia
Gejala
Kelobot yang terinfeksi pada umumnya berwarna coklat, infeksi pada kelobot setelah 2 minggu keluarnya rambut jagung, menyebabkan biji berubah menjadi coklat, kisut dan busuk. Miselium berwarna putih, piknidia berwarna hitam tersebar pada klobot infeksi dimulai pada dasar tongkol berkembang ke bongkol kemudian merambat ke permukaan biji dan menutupi klobot. Cendawan dapat bertahan hidup dalam bentuk spora dan piknidia yang berdinding tebal pada sisa tanaman di lapang. Gejala busuk tongkol Dilodia disebabkan oleh infeksi cendawan Diplodia maydis
c.    Busuk tongkol Gibberella
Gejala
Tongkol yang terinfeksi dini oleh cendawan dapat menjadi busuk dan klobotnya saling menempel erat pada tongkol, badan buah berwarna biru hitam tumbuh di permukaan klobot dan bongkol.
Gejala busuk tongkol Gibberella disebabkan oleh infeksi cendawan Gibberella roseum
Cara pengendalian :
-Pemeliharaan tanaman yang sebaik-baiknya, antara lain dengan pemupukan seimbang
-Tidak membiarkan tongkol terlalu lama mengering di lapangan, jika musim hujan bagian batang dibawah tongkol dipatahkan agar ujung tongkol tidak mengarah keatas
-Mengadakan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan termasuk padi padian, karena patogen ini mempunyai banyak tanaman inang
8. Virus mosaik kerdil jagung
Gejala
Gejala penyakit ini tanaman menjadi kerdil, daun berwarna mosaik atau hijau dengan diselingi garis-garis kuning, dilihat secara keseluruhan tanaman tampak berwarna agak kekuningan mirip dengan gejala bulai tetapi apabila permukaannya daun bagian bawah dan atas dipegang tidak terasa adanya serbuk spora. Penularan virus dapat terjadi secara mekanis atau melalui serangga Myzus percicae dan Rhopalopsiphum maydis secara non persisten. Tanaman yang terinfeksi virus ini umumnya terjadi penurunan hasilnya.
Cara pengendalian :
-Mencabut tanaman yang terinfeksi seawal mungkin agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman sekitarnya ataupun pertanaman yang akan datang
-Mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama
-Penggunaan pestisida apabila di lapangan populasi vektor cukup tinggi
-Tidak penggunakan benih yang berasal dari tanaman yang terinfeksi virus.

Sumber: http://bbppbinuang.info

Senin, 28 Maret 2016

Hama Dan Penyakit Padi Pada Umumnya


1.Hama di Persemaian Basah (untuk padi sawah)

1.Hama putih (Nymphula depunctalis)
Gejala: menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat    menggulung daun padi. Pengendalian:
 (1) pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun;
 (2) penyemprotan insektisida Kiltop 50 EC atau Tomafur 3G.

2.Padi trip (Trips oryzae)
Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi. Pengendalian: insektisida Mipein 50 WP atau Dharmacin 50 WP.

3.Ulat tentara (Pseudaletia unipuncta,  berwarna abu-abu;  Spodoptera litura,berwarna coklat hitam; S. exempta, bergaris kuning)
Gejala: ulat memakan helai daun, tanaman hanya tinggal tulang-tulang daun.
Pengendalian: cara mekanis dan insektisida Sevin, Diazenon, Sumithion dan
Agrocide.
2.Hama di Sawah

a)Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera). Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi. Saat ini hama wereng paling
ditakuti oleh petani di Indonesia. Wereng ini dapat menularkan virus.
Gejala: tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tnaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil.  Pengendalian:
 (1)Bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah;
 (2) penyemportan insektisida Applaud 10 WP, Applaud 400 FW atau Applaud 100 EC.

b)Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis  dan  N. impicticep).
Merusak dengan cara mengisap cairan daun.  Gejala: di tempat bekas hisapan akan tumbuh cendawan jelaga, daun tanaman kering dan mati. Tanaman ada yang menjadi kerdil, bagian pucuk berwarna kuning hingga kuning kecoklatan. Malai yang dihasilkan kecil.

c)Walang sangit (Leptocoriza acuta)
Menyerang buah padi yang masak susu. Gejala: dan menyebabkan buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan buah padi berbintik-bintik hitam.
Pengendalian:
 (1) Bertanam serempak, peningkatan kebersihan, mengumpulkan dan memunahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik;
 (2)Menyemprotkan insektisida Bassa 50 EC, Dharmabas 500 EC, Dharmacin 50 WP, Kiltop 50 EC.

d)Kepik hijau (Nezara viridula)
Menyerang batang dan buah padi. Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan tanaman terganggu.  Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur- telurnya, penyemprotan insektisida Curacron 250 ULV, Dimilin 25 WP, Larvin 75
WP.

e)Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens). Dapat menimbulkan kerugian besar. Menyerang batang dan pelepah daun.
Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut,daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut hama “sundep” dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut “beluk”.
Pengendalian:
 (1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati, membakar jerami;
 (2) menggunakan insektisida Curaterr 3G, Dharmafur 3G, Furadan 3G, Karphos 25 EC, Opetrofur 3G, Tomafur 3G.

f)Hama tikus (Rattus argentiventer)
Tanaman padi akan mengalami kerusakan parah apabila terserang oleh hama tikus dan menyebabkan penurunan produksi padi yang cukup besar. Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah.  Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman.
Pengendalian: pergiliran tanaman, sanitasi, gropyokan, melepas  musuh alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan pestisida dengan tepat, intensif dan teratur, memberikan umpan beracun seperti seng fosfat yang dicampur dengan jagung atau beras.

g)Burung (manyar  Palceus manyar, gelatik  Padda aryzyvora, pipit  Lonchura lencogastroides, peking L. puntulata, bondol hitam L. ferraginosa dan bondol putih L. ferramaya).
Menyerang padi menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan.
Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan.

3.Penyakit

a)Bercak daun coklat
Penyebab: jamur  Helmintosporium oryzae). Gejala: menyerang pelepah, malai,buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati.  Pengendalian: (1) merendam benih di dalam air panas, pemupukan berimbang, menanam padi tahan penyakit ini, menaburkan serbuk air raksa dan bubuk kapur (2:15); (2) dengan insektisida Rabcide 50 WP.

b)Blast
Penyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Proses pemasakan
makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa.
 Pengendalian:
(1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandirim IR 48, IR 36, pemberian pupuk N di saaat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir;
 (2) menyemprotkan insektisida Fujiwan 400 EC, Fongorene 50 WP, Kasumin 20 AS atau Rabcide 50 WP.

c)Penyakit garis coklat daun (Narrow brown leaf spot,)
Penyebab: jamur  Cercospora oryzae.  Gejala: menyerang daun dan pelepah. Tampak gari-garis atau bercak-bercak sempit memanjang berwarna coklat sepanjang 2-10 mm. Proses pembungaan dan pengisian biji terhambat.
Pengendalian:
(1) menanam padi tahan penyakit ini seperti  Citarum, mencelupkan benih ke dalam larutan merkuri; 
(2) menyemprotkan fungisida
Benlate T 20/20 WP atau Delsene MX 200.

d)Busuk pelepah daun

Penyebab: jamur Rhizoctonia  sp.  Gejala: menyerang daun dan pelepah daun, gejala terlihat pada tanaman yang telah membentuk anakan dan menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun. Penyakit ini tidak terlalu merugikan secara ekonomi.  Pengendalian:
 (1) menanam padi tahan penyakit ini;
 (2)menyemprotkan fungisida pada saat pembentukan anakan seperti Monceren 25 WP dan Validacin 3 AS.

e)Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda, malai dan biji menjadi kecoklatan hingga coklat ulat, daun terkulai, akar membusuk, tanaman padi. Kerusakan yang diderita tidak terlalu parah.
Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih pada larutan merkuri.

f)Penyakit noda/api palsu
Penyebab: jamur  Ustilaginoidea virens.  Gejala: malai dan buah padi dipenuhi spora, dalam satu malai hanya beberap butir saja yang terserang. Penyakit tidak menimbulkan kerugian besar.  Pengendalian: memusnahkan malai yang sakit, menyemprotkan fungisida pada malai sakit.

g)Penyakit kresek/hawar daun
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae) Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati. Serangan menyebabkan gagal panen. Pengendalian:
(1) menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan;
 (2)pengendalian kimia dengan bakterisida Stablex  WP.

h)Penyakit bakteri daun bergaris/Leaf streak
Penyebab: bakteri  X. translucens.  Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh.
Terdapat garis basah berwarna merah kekuningan pada helai daun sehingga daun seperti terbakar. 
Pengendalian: menanam varitas unggul, menghindari luka mekanis, pergiliran varitas dan bakterisida Stablex 10 WP.

i)Penyakit kerdil
Penyebab: virus ditularkan oleh serangga Nilaparvata lugens.
Gejala: menyerang semua bagian tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-  kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil. Penyakit ini sangat merugikan. Pengendalian: sulit dilakukan, usaha pencegahan dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada memberantas vektor.

j)Penyakit tungro
Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng Nephotettix impicticeps.
Gejala: menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang  sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42.
4.Gulma
Gulma yang tumbuh di antara tanaman padi adalah rumput-rumputan seperti rumput teki (Cytorus rotundus) dan gulma berdaun lebar. Pengendalian dengan cara mekanis (mencabut, menyiangi), jarak tanam yang tepat dan penyemprotan herbisida Basagran 50 ML, Difenex 7G, DMA 6 dll.

Cara Membuat Persemaian Padi dilahan kering Kering

Padi memang bukan lah tanaman air tetapi padi membutuhkan air, ada beberapa fase untuk tanaman ini membutuhkan air, seperti di singgung di atas, perbanyakan tanaman padi dengan system kering sangat menguntungkan tetapi tidak berarti bahwa dengan perbanyakan dengan lahan yang basah tanaman yang kita tanam menjadi jelek.

Bagi yang baru mengenal budidaya padi mungkin bingung dengan cara persemaian padi system kering. Sebenarnya system ini sudah lama di lakukan oleh masyarakat atau petani lokal namun hanya sedikit saja yang mengaplikasikanya, beberapa metode ini sering di sosialisasikan oleh SRI yang berfokus pada ketahanan pangan budidaya padi. Mungkin anda sering melihat persemaian padi di petakan sawah itu adalah persemaian padi basah/konvensional, ada beberapa kekurangan dari persemaian basah
  • Memerlukan tempat yang luas
Sehingga pada pembibitan saat pengerjaan serta waktu yang di butuhkan akan lebih lama, hal ini di pengaruhi oleh lahan yang termakan banyak sekali. Bisa di kolkulasikan ongkos dan waktu ya
ng keluar dari lahan yang terambil luas.
  • Pengontrolan bibit padi yang kurang terpantau
Karena lahan yang sangat luas pengendalian hama dan penyakit akan kurang terkordinir, penyerangan hama dan penyakit tidak bisa di tentukan dan tentu kita hanya bisa mencegahnya, dari hal ini jika lahan yang luas tentu membutuhkan tenaga yang sangat besar. Untuk memindahkan dari persemaian ke lahan sawah memerlukan pekerjaan 2 x sehingga ongkos yang di keluarkan akan dobel.
Di bandingkan dengan system persemaian kering, anda bisa mengerjakanya sendiri bahkan bisa memanfaatkan pekarangan rumah, mudah dalam pengawasan serta tidak memerlukan tenaga kerja yang besar bisa di kerjakan sendiri.
Berikut adalah beberapa hal yang harus anda siapkan untuk membuat persemaian kering
Bahan
  1. Benih Padi
  2. Pupuk Kandang
  3. Tanah
  4. Plastik
  5. Rumput/Jerami
Cara Membuat
  1. Perlakuan Benih.

    Benih yang akan di tanam di rendam terlebih dahulu oleh air hangat, biarkan air sampai dingin selama 1 hari 1 malam, kemudian di peram selama 2 x 24 jam, tujuanya agar menghilangakan proses dormansi, hal ini di tandai dengan munculnya akar – akar kecil pada biji menandakan siap di tanam. Atau anda bisa melakukan uji kecambah terlebih dahulu untuk memastikan berapa persen pertumbuhan benih.
  1. Persiapan Tanah.

    Untuk media tanamnya dapat menggunakan tanah yang sudah tercampur oleh pupuk organik ataupupuk non-organik (kristal) tetapi di sarankan menggunakan pupuk organik dengan perbandingan 1 : 2. Pastikan bahwa pupuk organik yang anda gunakan benar-benar matang, karena dapat mempengaruhi pertumbuhan benih yang akan di tanam. Untuk memastikan pupuk organik itu matang atau tidak, anda bisa cek kematanganya dengan cara memasukan pupuk kedalam ember kemudian tunggu sampai pupuk mengendap dan lihat jika air bening berarti pupuk organik itu sedah siap di gunakan, begitu juga sebaliknya.
  1. Persiapan Media Tanam.

    Untuk menyiapkan media tanam kita akan menggunakan plastik sebagai alas dasar dari permukaan tanah yang tercampur pupuk, plastik dapat digunakan dengan jenis apapun seperti terpal, plastik hitam, plastik kantung dll, dengan catatan plastik harus benar-benar utuh dang tidak cacar karena jika bocor air akan mudah larut.
  1. Sebar Benih.

    Kemudian benih yang sudah diperam 2 x 24 jam tadi di sebarkan di permukaan tanah dengan kepadatan 0,6 – 0,7 Kg/m2 media.
    Setelah tersebar merata, lalu tutup persemaian dengan potongan rumput alang-alang tipis tipis. Lalu siram. Setelah disiram, lalu tutup lagi dengan potongan alang-alang agak tebal lalu disiram lagi.
    Benih yang telah tersebar di tutup oleh alang-alang atau bisa juga dengan potongan jerami, kemudian siram dengan air secukupnya jangan terlalu basah dan jangan terlalu kering cukup dengan kelembaban yang normal.
  1. Pemeliharaan

    Selanjutnya setelah benih tumbuh kurang dari 2 cm, penyiraman dilakukan 2 x sehari (melihat kondisi cuaca) serta kelembaban tanah semai setiap pagi dan sore. Pengambilan penutup rumput dilakukan 4 hari setelah penyebaran benih (biasanya benih telah tumbuh sekitar 2 cm). Setelah tutup diambil, maka penyiraman dilakukan 1 hari sekali pada waktu sore (melihat kondisi cuaca). Bibit Siap ditanam umur terpendek 9 hari atau umur maksimal 16 hari.
  1. Pengambilan Bibit.

    Bibit yang siap tanam cukup diambil dengan cara digulung dan kemudian bisa langsung diangkut ke sawah. Sahabat tani bisa melakukan sendiri tanpa memperkerjakan orang secara khusus untuk ini.
    Bibit yang sudah siap untuk di tanam bisa di ambil dengan cara di gulung dan bisa di tanam di sawah, transplanting atau memindahkan dari persemaian ke lahan bisa di bawa sendiri.

  1. Penanaman di Lahan.

    Setelah lahan padi di siapkan untuk penanaman anda bisa menyobek plastik atau memisahkan plastik dari bagian benih yang siap tanam. Sobek atau Pecah-pecah sesuai ukuran yang diperlukan. Penanaman benh bisa di lakukan dengan manual atau bisa menggunakan mesin penanam padi.